Thursday 17 January 2013

so..where is the fun?

temenku sanggita bilang gini : sometimes, marriage is like getting another job. you’ve got to live with these : vision, strategy, budget and cost control, problems, discussion, problems, decisions, problems, reports, problem, schedule, problems. where’s the fun then? hahaha…
hihihi..nggak segitunya kaleee.. tapi emang kadang iya sih.. menurutku masa-masa terindah dalam pernikahan justru di 10 tahun pertama. rasanya jarang banget berantem. mungkin karena sama-sama menikmati masa2 mengurus anak2 mulai dari hamil, melahirkan, membesarkan hingga balita dan masuk sekolah, sambil membangun, berkarya dan merintis karir di pekerjaan masing-masing, gotong royong mewujudkan impian baik finansial maupun non finansial, masih punya segudang cita-cita baik dalam hidup, pekerjaan dan pernikahan untuk diwujudkan.jadinya masih semangat. sama sekali nggak kepikiran macem2. saling penyesuaian. saling support. saling mendukung. semua masalah diselesaikan bersama.
nah..begitu menjelang tahun ke10, mulailah urusannya lain. pekerjaan dan karir mungkin sudah semakin ruwet, lalu cita-cita satu per satu tak terwujud, baik dari sisi pencapaian materi, karir dan pekerjaan, anak-anak, kehidupan seksual, kehidupan pernikahan, kehidupan keluarga, persepsi tentang kemapanan, persepsi tentang kebahagiaan.
semuanya tak lagi sesuai harapan. apalagi impian. ekspektasi dalam segala hal yang harus direvisi. termasuk ekspektasi pribadi.
bahwa ternyata kita tidak bisa mengharapkan pasangan berubah.
misal kalo memang aslinya pasangan itu nggak suka ngobrol dan lebih suka berkutat di depan komputer, ya silakan merevisi ekspektasi kita bahwa memang dia seumur2 nggak akan berubah hehe. misal pasangan merokok, pasangan nggak gentleman, pasangan pelit dan penuh perhitungan, pasangan galak, pasangan nggak care, pasangan egois or whateverlah…
jadi selamat mengubur impian untuk bisa mengubah pasangan pokoknya hehehe..
kita yang harus merevisi ekspektasi kita pada akhirnya.. yang rawan juga ekspektasi tentang pekerjaan.
di saat kita merasa sudah sekian lama bekerja dan cita2 dari sisi karir baik finansial maupun non finansial tak terwujud, timbul frustrasi, sedangkan tuntutan baik dari pasangan maupun diri sendiri tentang suatu target kemapanan harus terwujud. di sinilah hal-hal kecil sangat rawan untuk membuat pertengkaran. entah itu urusan anak. urusan keluarga besar. urusan teman2. bahkan yang remeh temehpun serasa percikan bensin langsung mengobarkan api (duileee bahasanya hehe).. memang butuh suatu kematangan pribadi, dan keikhlasan tentunya untuk bisa menerima kenyataan tentang pasangan dan diri sendiri tentang segala hal, beserta upaya untuk merevisi ekspektasi masing masing.
kembali pada sebetulnya apa sih tujuan kita menikah. mestinya untuk kebahagiaan.
kalo sudah begini, kembali cinta berbicara. seberapa sejatikah cinta kita. dan komitmen tentu saja. halahhhh… serius amat yaaa hehehe..:)

No comments:

Post a Comment