Thursday 17 January 2013

living as a breadwinner


ternyata aku dikelilingi banyak perempuan tangguh yang berperan sebagai seorang breadwinner. aku dulu pernah menulis juga di awal2 bikin multiply ini..
yah. breadwinner. alias pencari nafkah utama keluarga. ternyata mbak prisca, rekan kerjaku yang sekarang dekat denganku karena kita jadi satu lantai, adalah seorang breadwinner juga. tapi memang nasib orang beda2 ya. suaminya betul2 mengesalkan karena malah jadi parasit yang merugikan dan memanfaatkan sang istri yang memang lebih lancar rejekinya karena mbak prisca ini seorang pekerja keras dan giat dalam mencari nafkah.
gimana enggak, udah nggak terhitung mbak prisca curhat dengan merananya karena sang suami meninggalkan hutang sana sini untuk bisnisnya yang nggak jelas, puluhan juta, dan akhirnya karena teror sana sini, mbak priscapun melunasi hutang-hutang suaminya itu dengan tabungannya.
suaminya memang jauh lebih muda dari mbak prisca. dan tampaknya waktu menikah dulu mbak prisca dalam kondisi terdesak karena usia sudah 38 tahun, orangtuanya meninggal dan dia betul2 sendirian karena kakak2nya bekerja di luar negeri.
alhasil memang betul2 timpang. biaya resepsi ditanggung sepenuhnya mbak prisca. beli rumah, renovasi dan mobilpun mbak prisca. biaya hidup sehari2 juga mbak prisca. udah gitu sang suami nggak bertanggung jawab sama sekali. hutang2 bertumpuk setelah menikah dengan alasan bisnis tanpa memberitahukan istri. giliran dikejar2 pemberi hutang, istrinya shock karena nggak menyangka suaminya punya segitu banyak hutang dan harus melunasi daripada bermasalah dengan penagih hutang.
menurutku itu sudah kategori KDRT, tapinya finansial. sebetulnya ada banyak dalam kehidupan perempuan pekerja yang terkena KDRT finansial ini, tapi mereka hanya mengelus dada.
kalau dipikir2, mostly di keluarga besarku para perempuannya memang breawinner semua. kakak2 perempuanku semuanya pekerja yang tangguh, menjadi pencari nafkah utama keluarga. hampir semua bude2ku dan sepupu2 perempuanku juga breadwinner. bahkan mbah putriku juga breadwinner. semuanya pekerja yang tangguh dan tidak pernah mengeluh, walaupun dibebani dengan tugas berat itu. barangkali cuma ibuku saja yang nggak bekerja. 
kalo kakak2 perempuanku adalah pekerja kantor yang tangguh dan giat bekerja. maka bude2 dan sepupu2 perempuanku bukanlah pekerja kantoran yang rapi dan wangi. bude2ku menanggung hidup keluarga dengan berdagang dan punya sejumlah toko, sementara pakde2 hanya memandori kebun yang dikerjakan orang yang hasilnya tidak seberapa dibanding hasil berdagang istrinya.
sepupuku seorang bidan dan membesarkan klinik bersalin miliknya. malah sepupuku ada yang jadi kepala desa perempuan pertama. ada juga sepupuku yang punya toko besi dan bahan bangunan yang besar, giat kesana kemari mengembangkan usaha dan bisnisnya. bude2ku yang lain kebanyakan pengajar, guru, dosen, suami2nya punya usaha kecil2an. bahkan mbah putriku pun juragan besar yang menjadi pemasok di berbagai toko dan pasar, sedangkan mbah kakung menjadi aktivis di masjid dan kegiatan keagamaan. biaya kegiatan dan dakwah malah berasal dari istrinya hehehe…
kita bisa bilang breadwinner jika istri pengen berhenti bekerja karena lelah tapi tidak memungkinkan (dan tidak diperbolehkan suami) karena nafkah utama berasal dari pihak istri dan bisa memporakporandakan kehidupan perekonomian keluarga. 
kita bisa bilang breadwinner jika 90 persen gaji istri dipakai untuk mengongkosi biaya rumah tangga, sedangkan sisanya hanya cukup untuk transport dan makan selama bekerja.
kita bisa bilang breadwinner jika suami hanya sekian persen memberikan penghasilannya kepada istri, sisanya entahlah, mungkin untuk membayar hutang2nya atau untuk urusan pribadinya.
kita bisa bilang breadwinner jika hutang2 dan tanggungan suamipun sang istri yang membayari.
kita bisa bilang breadwinner jika pergi bersama2pun selalu saja istri yang pertama kali mengeluarkan dompet untuk membayar pengeluaran bersama dengan uangnya sendiri.
kita bisa bilang breadwinner jika seluruh harta mendasar (rumah tinggal dan kendaraan),  perencanaan keuangan jangka panjang, biaya masa depan anak dan segala tabungan dan investasipun berasal dari hasil kerja istri.
lalu aku sendiri? … @_@

No comments:

Post a Comment