Thursday 17 January 2013

konfliknya perempuan...

Percaya atau tidak justru kondisi yang lebih memprihatinkan daripada permasalahan gender antar kaum lelaki dan perempuan adalah kondisi konflik antar perempuan.
Percaya deh kita semua pasti pernah mengalaminya. Aku sering kok merasa “terancam” ketika berjalan-jalan dengan suami, lantas bertemu dengan teman perempuan (baik teman sendiri maupun teman suami, bahkan saudara…) yang jauh lebih dari segalanya dariku .Sangat manusiawi dan sangat perempuan tentunya perasaan itu.
Sebuah referensi tentang konflik antar perempuan ini dikemukakan oleh Madden (1987) dimana disebutkan bahwa ternyata di dalam diri perempuan selama ini selalu terjadi konflik yang kritis dengan sesama jenis, dimana perempuan masih menganggap bahwa perempuan lain adalah ancaman yang membahayakan dirinya dalam pekerjaan, rumah tangga dan pribadi.
Karena perempuan seringkali merasa belum bisa menganggap perempuan sebagai makhluk yang dapat memberikan rasa aman di lingkungannya, baik privat maupun publik. Hal tersebut yang menyebabkan perempuan lebih memilih berteman dengan laki-laki daripada dengan perempuan.
Konflik antar perempuan ini semakin menjadi rumit dan sulit dimengerti karena perempuan seringkali tidak jujur, tidak berani mengungkap hal yang sebenarnya serta menghindari konflik terbuka; padahal di satu sisi sebetulnya hubungan pertemanan di antara perempuan sangatlah kuat. Nah…ribet kan? Aku sendiri merasa kok..
Bahkan konflik ini tidak hanya menyangkut rumah tangga dan pribadi, tetapi disadari atau tidak juga memasuki wilayah kerja. Hal tersebut terlihat jelas ketika rekan-rekan kerja perempuan membicarakan rekan kerja perempuan lainnya yang begitu mudah untuk naik pangkat atau jabatan karena dianggap memanfaatkan “keperempuannya” kepada atasan laki-laki.
Sebetulnya kalau kuamati, tidak ada yang salah dengan rekan kerja perempuan yang naik pangkat dan jabatan tersebut, karena memang dia seorang perempuan yang menarik, pintar, berkompeten, mudah bergaul dan kinerjanya juga bagus. Kujamin dia juga tidak memanfaatkan daya tariknya untuk hal-hal yang aneh2 karena menurutku dia termasuk perempuan yang “benar”.  Kedekatan dengan jajaran manajemen dianggap rekan-rekan kerja perempuan lainnya dianggap sebagai hasil pemanfaatan daya tarik keperempuannya…
Konflik antar perempuan ini tampaknya sepele tapi cukup mengganggu. Tidak jarang kutemui majikan perempuan yang merasa terancam dengan pembantu rumah tangga atau baby sitter anaknya yang lebih menarik wajah atau fisiknya, istri cemburu dengan rekan sekerja suami, bahkan dengan saudara sepupu atau ipar suami.
Di dunia kerja, aku yakin pasti ada karyawati yang merasa terancam dengan kehadiran karyawati baru yang lebih muda dan lebih cantik. Bahkan aku pribadi merasa betapa sulitnya menghadapi atasan perempuan dibandingkan dengan betapa atasan laki-lakiku begitu enak untuk bekerja sama, memberikan kepercayaan penuh kepadaku dan memberikan kesempatan kepadaku untuk mengembangkan diri.
Percaya atau tidak, lebih dari 10 tahun bekerja, kenaikan pangkat dan jabatan yang selama ini kudapatkan selalu dari atasan laki-laki, padahal beberapa kali aku punya atasan perempuan dan rasanya aku selalu berusaha bekerja semaksimal mungkin siapapun yang menjadi atasanku.
Konflik antar perempuan menjadi ancaman serius bagi kemajuan perempuan itu sendiri. Bahkan di perusahaan tidak jarang atasan perempuan tidak memberikan ruang dan peluang kepada sesama perempuan yang menjadi bawahannya untuk mengembangkan diri dan promosi ke posisi atas, walaupun bawahan tersebut potensial dan progresif.
Semua kondisi di atas akan melemahkan perjuangan sesama perempuan. Jangankan membicarakan perjuangan kesetaraan gender laki-laki dan perempuan, permasalahan konflik antar perempuan justru menjadi masalah utama yang paling sulit dipecahkan, sedangkan kaum laki-laki justru semakin hari semakin terbuka pikirannya untuk memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk maju dan sejajar dalam segala hal.
Mudah-mudahan hal-hal di atas menjadi inspirasi dan membuka pikiran para perempuan untuk dapat lebih menguasai diri dalam menghadapi kemungkinan konflik antar perempuan ini. Sulit memang, tapi kalau kita menyadari bahwa memang konflik antar perempuan ini adalah hal utama yang justru jadi perintang kemajuan perempuan, paling tidak kita menjadi lebih sadar dan meminimalkan terjadinya konflik tersebut.

No comments:

Post a Comment