Thursday, 17 January 2013

pak hardi dan gambarku..

tak menyangka bisa bertemu lagi dengan pak hardi. setelah 19 tahun lebih lulus esema, kemarin aku hadir dalam acara buka bersama teman2 esema di jogja, lantas bertemu lagi dengan sejumlah guru, termasuk beliau.
pak hardi adalah guru menggambar di kelas satu esema.  aku ingat waktu itu kami diminta menggambar perspektif yang ditarik dari garis tengah.
aku memang suka menggambar walaupun gambarku biasa aja. suka dan berbakat adalah hal yang berbeda kan hehe..  soal gambar menggambar ini barangkali memang turunan juga. kakak laki2ku di jaman kuliah sering mengisi rubrik kartun di harian suara merdeka semarang. lalu anaknya, dinda namanya, udah nggak terhitung menang dalam lomba menggambar dari kecil.
nah, di kelas 1 esema itu aku lantas menggambar perspektif. aku menggambar ruang tidurku dengan menarik garis dari titik tengah. garis2 yang ruwet sih, seruwet orangnya, tapi berpusat di satu titik. mengalir begitu saja kugambar apa saja yang ada dibenakku tentang ruang tidurku. biasa saja menurutku. tapi ternyata menurut pak hardi, gambarku itu nggak biasa, complicated dan unik. lantas dibahas di kelas.
sejak itu pak hardi mendorongku untuk ambil jurusan kuliah arsitektur. tapi aku memilih jurusan sosial. aku nggak suka matematika, kendati nilai2ku di math dan eksakta bagus2, tapi kan passion-ku tidak di situ. pak hardi kelihatannya kecewa. tapi gimana lagi.
waktu berlalu. aku lulus kuliah dan bekerja.
aku ingat, di beberapa tahun setelah aku bekerja, seorang guru pernah menelponku meminta bantuan agar anaknya dibantu seleksi di kantorku. beliau mendapat referensi nomorku dari pak hardi. akupun memberikan kesempatan untuk mengikuti seleksi dan ternyata anak tersebut lulus dan diterima menjadi pegawai di semarang. tapi sesudah itu aku tidak tahu lagi bagaimana perkembangannya.
dan waktupun terus berlalu. 15 tahun sudah aku bekerja, naik turun dalam hidup dan pekerjaan. banyak sekali pengalaman yang kuperoleh, hambatan, tantangan, persoalan, ganjalan dan segala macam pahit manis getir dalam hidup dan pekerjaan. aku pernah berada pada posisi tertinggi dalam pencapaian pekerjaanku, tapi aku pernah jungkir balik dan terperosok menjadi bukan siapa-siapa. aku bangkit, terjatuh, bangkit lagi, merintis hingga saat ini aku merasa sudahlah aku di sini saja, berada di posisi yang rasanya memang sudah menjadi jalanku.
aku mengalami banyak kejadian, masalah, persoalan dalam hidup dengan mungkin justru penyebab utamanya bukan kesalahanku. tapi aku berusaha menyelesaikannya semampuku.
dan di saat setelah lewat dari 19 tahun itu, aku bertemu lagi dengan pak hardi. aku masih ingat betul dengan tatapan matanya yang tajam, di usianya yang sebentar lagi memasuki masa pensiun. perawakannya yang kecil, rambutnya tlah memutih hampir seluruhnya. beliau menjabat tanganku.
“kamu dy kan?” sapa pak hardi. aku mengangguk, membalas jabat tangan beliau. nggak menyangka beliau  masih inget aku di antara ribuan muridnya sejak puluhan tahun lalu.
“dy..saya masih menyimpan gambar perspektifmu” kata beliau di depan teman2  di mejaku.  hahh??
“gambarmu itu unik sekali dy. melihat gambarmu itu saya tau kamu akan mengalami banyak sekali kejadian dan masalah dalam hidupmu, tapi kamu selalu bisa mencari jalan keluar dan mengatasinya” kata pak hardi panjang lebar.
aku tercenung. teman2ku pun terdiam.
aku menanggapinya dengan mencoba mengelak di depan teman2ku, tapi beliau dengan serius menekankan itu berulang kali.
“pak..itu kan cuma gambar. waktu itu saya cuma menggambar ruang tidur kok pak..” kataku. pak hardi menggelengkan kepala.
“saya punya feeling, dy..  kamu bertemu dengan banyak sekali masalah dalam hidup, tapi saya percaya kamu akan selalu bisa mengatasi permasalahan dalam hidupmu, mencari jalan keluar, bahkan untuk masalah yang bukan kamu sendiri yang membuatnya..”
berbagai kejadian berkelebat di benakku. kejadian di tahun 1999-2001, tahun 2005-2006, yang terberat di 2007 tak putus-putus hingga 2010, dan bahkan kupikir tlah usai tapi ternyata belum. kejadian beberapa bulan terakhir, lagi-lagi aku yang dikejutkan dengan masalah yang seharusnya bukan aku yang menanggungnya karena bukan aku yang membuatnya, tapi lagi2 aku juga yang mencarikan jalan keluarnya, aku juga yang menanggungnya. selalu saja begitu. entah sampai kapan. barangkali memang sudah jalan hidupku.
barangkali pak hardi benar. 
aku tercekat. kujabat erat tangan pak hardi.
“pak..makasih banget” kataku hampir tak bisa bersuara. “saya percaya kata-kata bapak akan menjadi motivasi saya dalam hidup..”
aku termenung.
aku malah lupa sebetulnya aku dulu  menggambar persepektif yang seperti apa sampai pak hardi begitu terkesan. sungguh, betul2 lupa…. lebih dari 19 tahun dan beliau masih menyimpannya.
aku seperti diingatkan kembali untuk tidak mengeluh dalam menghadapi apapun masalah yang kualami dan selalu menerima dengan ikhlas apapun jalan hidupku…

No comments:

Post a Comment