Thursday, 17 January 2013

dan uangpun bisa membeli idealisme..

ketemu beberapa teman lama di fb, ada yang kakak kelas waktu kuliah, ada temen kuliah juga.. semuanya dah jadi para penggede, dalam arti jadi pembesar dan memang badannya juga makin besar (melambangkan kemakmuran) hehehe..
aku sih hepi2 aja dengan keberhasilan mereka. untung juga enggak, rugi juga enggak hehe.. cuma ada beberapa hal sih yang mengganjal. mmm..gimana ya, aku tau betul sepak terjang beberapa dari mereka..
ada kakak kelasku waktu kuliah, aktifitas jempolan dari sayap kiri (jaman pak harto). yeah harap maklum aku kan angkatan tuwir, masih sempat merasakan jaman orba dan reformasi hehe.. nah kakak kelasku ini, sebut saja mas B ikut aktif demo sana sini ala garis keras, dikejar2 dan dipentungin aparat, masuk bui bolak-balik karena menentang pemerintah, keluarganya pasrah, tampaknya hidup sebagai pemberontak sudah mendarah daging pada kakak kelasku ini hingga tampangnya begitu khas kuingat: kumel kucel kurus kering item dekil. dan sampai aku lulus dan kerjapun dia tampaknya masih mondar mandir urusan demo, orasi2 politik dan keluar masuk bui.
sampai akhirnya namanya muncul lagi beberapa tahun terakhir ini. tapi aku suprise karena dia sudah jadi petinggi suatu partai politik. tampangnyapun kulihat sudah berubah 1500 derajat. dia sudah jadi ganteng, gemuk, putih, tajir, dandy dan flamboyan abis. lho kok bisaaa?? kubaca apa saja yang sudah dia lakukan. sama sekali sudah tidak ada pemberontakan. tidak ada garis keras. tidak ada sayap kiri. lunakkkkk pokoknya. padahal terakhir dia masuk penjara waktu aku lulus kuliah. entahlah. tampaknya dia ditarik jadi pengurus parpol x, diberi kesejahteraan, dititipkan sebagai komisaris di perusahaan yang terkait erat dengan si parpol dsb dsb..
lalu ada beberapa teman seangkatanku. sama saja. tidak sekeras kakak kelasku itu sih. tapi aktif dalam demo2, tulis menulis kritikan dsb dsb, lulus kerja di LSM or NGO, mengkritisi pemerintah. aku sempat salut dengan segala idealisme mereka. hari gini gituloh. apalagi kebanyakan di LSM yang bergaris keras. waktu itu merekapun sempat menyindir aku yang bekerja di bank swasta waktu itu sebagai “kaum hedonis kapitalis” dan macem2 lagi deh. ealahhhh, lha wong cuma kerja jadi karyawan gitulohhhh..kerja jujur begini masih dicela jugaaa hiks.. 
waktu berlalu. sampai akhirnya aku melihat realita. ketemu lagi di group bbm dengan salah satu teman2ku yang kusebut tadi di atas. sudah mapan, kaya, punya rumah mobil mewah, istri cantik. saat kutanya kerja dimana, dia jawab jadi pengurus parpol. “ah masa sih? nyambi jadi pengusaha kaliii,” aku maksa. dia ketawa dan bilang, “enggak kok, hanya jadi pengurus parpol ajah.”
beberapa teman yang kusebut di atas ada juga yang sudah diangkat jadi ini itunya pemerintah, misal penasehat, tim ahli ini itu, plus ditaruh jadi komisaris atau komite ini itu di perusahaan2 milik pemerintah atau semi pemerintah. tadinya idealis banget, super vokal, mencerca pemerintah melulu. tapi begitu diangkat jadi ini itu, dikasih kedudukan, jabatan, kedudukan (dan uang pastinyaahh) langsung deh duduk manis tutup mata tutup kuping nggak berani macem2 lagi hehehe… pantesaaann nggak pernah denger lagi kritikan2nya dan tulisan2nya di koran..
jadi..apa kabarnya kaum hedonis kapitalis??? *nunggu gajian sambil puyeng menghitung tagihan2 rumah tangga yang mesti dibayar*

No comments:

Post a Comment