Monday 22 January 2024

perjalanan ke mexico

Melanjutkan perjalanan kita dari Los Angeles akhirnya kita ke Mexico juga walaupun cuma di Cancun dan Tulum. 

Pagi hari jam 4 dari hotel Park Plaza Lodge kita naik uber karena harus urus penitipan luggage dulu di dekat bandara, dan ini baru pertamakalinya. Ngantuknya minta ampun karena baru tidur jam 12an malem beberes koper dan jam 3 pagi udah harus bangun. Ternyata tempatnya ada di semacam pertokoan deket bandara, kita langsung masuk aja trus pake mesin bayar ukuran sesuai kebutuhan dan jumlah hari titipnya, setelah bayar pake kartu barulah terbuka pintu luggagenya, masukin koper dan tutup.

Dari tempat luggage lanjut ke bandara dengan ransel dan koper kecil menuju counter Alaska airlines. Kali ini musti lewat imigrasi dan security checking tapi ternyata simple dan elektronik kalo mau keluar, beda sama yang masuk. Waktu masih cukup luang sampai penerbangan jam 8 pagi.

Pesawat Alaska Airlines terbang selama 4 jam sampe di Cancun ada perbedaan waktu, sehingga sampenya jam 4 sore. Yang unik di pesawat ini ternyata pramugara pramugarinya berkulit hitam semua, trus penampilan juga nggak lebay kayak pramugari di negara kita, malah cenderung metal, mas2nya pake anting tumpuk, rambut pramugarinya kriwil dikepang kecil2, bodinya juga malah gede2, usia juga matang. Entah kenapa ya kalo di asia & timteng itu pramugari kayaknya penampilan nomor satu. 


Tiba di Cancun Mexico. Kita mesti tukar peso dulu dari dollar, lalu ke imigrasi. Bahasa Inggris disana orang2nya pas2an, pake spanyol semua bahasanya. Tapi imigrasinya sih baik dan cepet karena kita juga nggak aneh2. Kita udah pesen taksi via booking.com ke penginapan di daerah Tulum, kira2 1-2 jam karena beda kota dan super macet kayaknya ada kecelakaan di jalan. Disitulah aku tidur karena kecapekan, pokoknya badan betul2 remuk karena flu kehujanan di San Fransisco dan LA.

Udah gitu di Tulum penginapannya nggak asik. Tapi memang kota kecil juga sih kayak kabupaten gitu, hotel bisa dibilang seadanya. Tapi kamar kita di lantai 1 itu lembab banget dan dingin tapi juga pengap, susah gambarinnya. Badan capek banget dan flu tapi malam harus jalan buat cari makan dan keliling. Malamnya kita makan seafood dan yahh lidahnya nggak cocok samsek dengan makanan mexico yang cenderung asem. Semuanya pake keripik nacos (kayak nasi kali ya), trus aneka cocolan asem (kayak sambel di kita), ada guacamole saos dari alpukat trus ada dari kacang merah dihalusin. Semuanya gak bisa masuk ke lidahku.

Paginya kita beli trip one day karena mau ke Chichen Itza, Valladoid dan salah satu cenote (semacam danau kecil rada tertutup). Teler banget sebetulnya karena flu dan nenggak aneka obat flu, trus di Chichen Itza itu jalan keliling mengitari bangunannya. Mirip2 candi gitu deh tapi bentuknya kayak piramida, konon itu semacam kompleks situs bersejarah pusat kebudayaan suku Maya. 



Ilmu mengenai kalender suku Maya itu udah advanced banget dan masih valid, tergambar juga gimana arah matahari, kapan musim tanam, kapan musim panen dari sinar matahari yang muncul dari piramida itu. di samping Chichen Itza ada juga lapangan pok ta pok, ada dinding yang bisa memantulkan bunyi yang diteriakkan. Yang ngeri itu perihal persembahan jantung manusia untuk dewa2, yang diambil dari manusia yang ditumbalkan dalam kondisi hidup tapi dicekoki dengan ramuan2 atau minuman keras hingga tidak sadar. 

Suku Maya ini posturnya khas banget dan banyak ditemui sehari2 di Mexico. Mereka ini tidak tinggi, yang cowok sekitar 150m yang cewek 140m, dadanya lebar, leher pendek, kulit sawo matang. Yang sudah bercampur bangsa lain tentu postur lebih tinggi dan proporsional. Jadi sehari2 kita jalan di Tulum itu sering banget ketemu mereka yang berketurunan suku Maya. Pada dasarnya mereka baik2.

Setelah dari Chichen Itza, kita ke Valladoid semacam kota kecil kuno peninggalan Spanyol di Yucatan. Kita makan siang di salah satu resto cantik disana, dekat hotel santa del rosa. Kotanya kuno dengan bangunan2 cantik ala spanyol, trus ada semacam gereja icon disana.




Setelah itu kita lanjut ke salah satu cenote yang untuk menjangkaunya kita harus turun tangga gelap rada jauh. Sejujurnya ngeri kalo sampe ketemu binatang2 aneh. Di dalamnya ada cenote, yaitu semacam danau kecil biru yang atasnya tertutup dinding tebing dan hanya terbuka celah sedikit sinar matahari masuk. Rada merinding dan walaupun terlihat segar kalo berenang di dalamnya tapi ngeri juga.



Barulah selesai cenote kita kembali ke Tulum ke penginapan. Malamnya kita jalan lagi nyari makan. Kita memutuskan untuk besok seharian jalan sendiri dengan sewa motor atau vespa. Malam itu kita nyari sewaan motor dan akhirnya dapet walopun sulit banget karena pake Bahasa tarzan, mengingat mereka minim banget ngomong Englishnya. Kita diminta ninggalin ID dan uang jaminan untuk besok.



Keesokan harinya kita seharian keliling Tulum yaitu ke Tulum Ruins, berupa zona arkeologis, peninggalan suku Maya di tepi pantai. Konon merupakan kompleks mewah jaman suka Maya yang trus ditinggalkan karena Spanyol masuk. Lumayan luas juga kompleks peninggalan suku Maya ini, berupa reruntuhan puing, pengunjungnya banyak.




Di situ kita jalan terus masuk ke pantai Tulum, kita naik kapal kecil sekitar 45 menit dan bisa snorkeling, tapi karena nggak ready dengan snorkeling jadinya kita menikmati laut aja dari kapal. Sejujurnya pantainya sih bagusan pantai di Indonesia ya, cuma bedanya di Tulum ini matahari panas tapi anginnya dingin dan pasir pantainya juga super dingin, jadi ya nyaman2 aja, mungkin karena masih ke atas garis katulistiwa ya.


Kelar dari Tulum Ruins, kita jalan2 keliling kota ke alun2 Tulum yang lagi persiapan natal tahun baru, biasa aja sih maklum kota kecil. Lalu cari oleh2 di supermarket sekitar alun2, sambil minum teh setelah itu. Pas jam 6 kita harus balikin motor ke persewaan. 

Malamnya kita pergi makan keluar trus packing yang lumayan peer karena baju kotor dan oleh2 walopun nggak banyak sih oleh2nya. Kondisiku udah teler banget karena flu nggak kelar2. Tiap hari nenggak neozep dan degirol, udah gitu hawa di penginapan ini bener2 nggak enak, susah dijelaskan. Dingin tapi lembab banget, tapi juga gerah. Bawaannya pengen cepet cabut aja dari penginapan.

Pagi banget kita jam 4 cabut setelah malemnya pesen taksi dari booking.com. Perjalanan ke Cancun sekitar 1.5 jam lancar karena pagi buta, trus imigrasi lancar dan kita balik ke LA naik Alaska Air. Yang unik dari Alaska ini flight attendantnya bener2 gaya bebas, baik penampilan maupun pelayanannya. Perjalanan lancar sekitar 4-5 jam, sampe di LA jam 11.30 siang. Pesen uber dari LA kita selanjutnya mau jalan ke Citadel sambil nunggu flight balik ke hongkong lanjut Jakarta.

Pas pesen uber itu kita dapat driver Richard yang baik tapi nyupirnya ngebut. Dia menyarankan next pake wingz aja karena dia bisa diakses dari wingz dan bisa dapet diskon. Jadinya kita sekalian pesen dia buat balik ke bandara LAX lagi sore dari Citadel. Dari bandara kita ke penitipan luggage dulu buat naruh koper dan mindah2in barang biar koper lebih balanced. 

Kita sampe citadel sekitar 40 menitan. Ternyata kompleks pertokoan gitu deh, isinya kayak coach, Adidas, Tumi dll. Tapi karena kondisiku bener2 payah flunya, cuaca dingin berangin, trus pusing banget orang2nya bejubel banyak banget, alhasil nggak optimal liat2nya. Sebetulnya aku nggak selera beli tapi mr hubby maksa aku beli paling nggak 1 tas karena udah jauh2, jadilah aku ambil tas coach biarpun nggak gitu cocok dan sayang juga duitku ini mending buat keperluan lain, tapi ya udahlah. Trus mr hubby beli 1 koper yang memang kita butuhkan karena koper di rumah udah super butut udah lama banget umurnya sedangkan kita berdua sering tugas luar kota.

Kondisiku bener2 teler karena flu dan mulai demam, sore banget udah gemeter menggigil pakai jaket berlapis2, syal dan hoodie sambil nunggu berempat kumpul dijemput Richard di deket pohon natal besar di kompleks Citadel. Di taksi aku dikasih Richard segenggam vicks hisap yang sangat membantu ternyata sampai akhirnya sampe Jakarta. Mampir ke luggage ambil barang2 dan kondisinya antara sadar nggak sadar ketiduran saking nggak enaknya badan. Kita berdua berpisah dari mas tyo dan mbak fifi karena mereka lanjut penerbangan domestic ke Oakland nengokin sodara sehari sebelum mereka juga balik ke Jakarta. 

Di Cathay alhamdulillah bisa survive sampe hongkong biarpun lumayan guncang di 4 jam pertama tapi selanjutnya mulus sampe Hongkong, trus sampe Jakarta 4-5 jam kemudian. Baru kali ini rasanya traveling tapi kondisi sejak berangkat nggak fit sampe pulangnya juga flu berat. Anyway tetap bersyukur bisa jalan sejauh ini. Semoga ada rejekinya untuk explore tempat lain di masa mendatang.. Aamiin YRA..




No comments:

Post a Comment