Thursday 11 December 2014

kebablasan yang menyesakkan



bener2 nggak nyangka kalo di negara ini akhirnya pers dan media sedemikian kebablasannya dalam pemberitaan. sebetulnya tidak bisa dibilang pemberitaan karena bukan berita, melainkan opini gak bener yang menyesatkan dan mengandung kebencian yang teramat sangat.


sejak pemilu kemarin sampai sekarang makin liar dan herannya kok dewan pers diem aja, polisi juga diem aja. sedangkan masyarakat tingkat kematangan dalam membaca berita masih rendah banget, gampang terhasut, apalagi bagi yang sudah antipati benci sampai ke tulang sumsum dengan salah satu pihak.


media2 online gak jelas kayak pksp*y*ngan, v*a-i*lam, suar*news dan masih banyak lagi media2 aneh yang tiap hari isinya cuma mencela dan menghasut dengan penuh kebencian. terus terang aku malu, tidak bisakah kita hidup dengan tenang dan damai saling menghormati dalam kemajemukan negeri ini?


sejak kecil aku mengikuti ortuku berpindah-pindah tugas dari pulau ke pulau, sumatera jawa kalimantan sulawesi, sekolah di sana, merasakan betapa teman2ku sekolahku di berbagai pulau dengan berbagai latar belakang suku agama budaya itu, mereka ramah hangat terhadap aku yang pendatang ini.


aku nyesek juga sejumlah temanku dari agama lain merasa tersinggung karena di media sosial jelas banget gimana mengkafir2kan dan menuding jeleknya agama lain. ya walopun agamaku memang terbenar, tapi ya jangan gitu juga kali sikap kita ke pemeluk agama lain. kita hidup di masyarakat dengan latar belakang yang majemuk, saling menghormati dan menghargai.


aku benar2 merasa sejak pilpres kemarin itu udah semakin menjurus kepada perpecahan, khususnya agama. bener2 serem. apalagi media sosial yang cuma sekilas dibaca (bahkan mungkin cuma baca judulnya aja) langsung diinterpretasi macem2. diklarifikasi juga percuma. haters will always be haters.


aku heran pengawasan terhadap media kok gak ada sama sekali. kebebasan berpendapat, kebebasan pers memang bagus, tapi kalo kebablasan bisa menghancurkan negara. dan kurasa yang menulis2 itu sama sekali bukan kategori pers atau wartawan, karena sama sekali nggak obyektif, keliatan banget kerjaannya cuma mencela, menganggap dirinya paling benar. mustinya pers yang sesungguhnya harus bekerja dengan kode etik pers.


ada yang bilang baiknya masyarakat diedukasi untuk memilih media. tapi menurutku ini nggak bisa. harus ada mekanisme hukuman alias punishment buat media2 penyebar kebencian ini. masa iya berita yang salah tentang artis aja bisa diperkarakan, nah ini berita yang jelas2 menghina dan menyebarkan kebencian yang sangat termasuk menghina pemerintah agama dll nggak bisa diperkarakan dan nggak ada punishment-nya? duhh.. bener2 nggak masuk akal.


masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan dan latar belakang tidak bisa dong kalo disuruh memilih berita. nggak semua orang punya tingkat kematangan yang baik dalam menyeleksi dan memilih berita. kita juga nggak bisa menyalahkan kalau orang menelan berita mentah2 karena memang tingkat pendidikan dan tingkat kematangannya yang rendah.


semoga pemerintah dan dewan pers segera bisa bertindak.. media2 ini berpotensi besar untuk memecahbelah dan menghancurkan negara kita. semoga segera ada penanganannya.





No comments:

Post a Comment