Monday 27 October 2014

negeri sang penunggang keledai

aku nggak tau gambaran seperti apa yang hendak kukatakan tentang kondisi politik di negeri ini. benar2 mengesalkan.

berawal dari pemilu kemarin, kebencian demi kebencian kurasakan dari penjuru di tanah air, antara pendukung nomor 1 dan nomor 2. kebencian yang merasuk sampai ke tulang sumsum, yang membuat persaudaraan jadi renggang dengan sangat tidak masuk akal, bahkan antara aku, ibuku dan kakak2ku, ipar2ku, mertuaku yang sebetulnya selama ini nggak peduli dengan siapapun hasil pemilu sebelum ini. lebih parah lagi dengan pasangan sendiri, jadi penuh kecurigaan dan keanehan.

bagaimana mungkin di facebook bisa tertebar kebencian, dukungan atas fitnah dan apapun itu namanya, yang membuat aku meng-unfriend teman2 dengan berat hati, dan sesudah itu rasanya benar2 jadi musuh. belum lagi berita2 di tivi2, lalu yang bergentayangan di internet entah itu di suaranews, tm2000back, pkspiyungan, voa-islam dan entah apa lagi yang aku membacanya menjadi sangat ngenes, ternyata mental manusia2 di negeri ini amatlah mudah menyimpan kebencian yang sedemikian mendalam.

kupikir setelah pemilu apapun hasilnya akan selesai. ternyata tidak. masih serentetan lagi urusan KPU, lalu mahkamah konsitusi. kebencian2 dan fitnah2 yang semakin lama semakin merasuk ke tulang sumsum. ohh negeriku yang malang..

i'm not a big fan of salah satu kandidat presiden. biasa2 aja. tapi aku betul2 merindukan negeri yang rukun, aman tenteram dan damai.

masa kecilku berpindah2 dari pulau ke pulau mengikuti ayahku bertugas, jadi aku pernah merasakan betapa indahnya negeri ini, dengan berbagai kemajemukan teman2ku di jawa, kalimantan, sumatera, sulawesi, dengan berbagai budaya dan bahasa.. aku pernah tinggal dan sekolah berbagai pulau di masa kecilku itu. mereka semua baik2 dan hangat. hingga kinipun aku ingin selalu berkunjung ke berbagai pulau di negeriku tercinta.

makanya aku sedih banget kalau indahnya keberagaman negeri ini menjadi kacau balau perpecahan hanya gara2 pilpres yang berlarut2.

dan kupikir setelah urusan pelantikan selesai lantas selesai. ternyata tidak juga. penyusunan kabinet yang sempat harus minta pendapat KPK dan PPATK pun masih tetap menyulutkan kebencian. lantas sekarang dengan terpilihnya menteri2 ternyata tidak usai juga. masih tetap menjelek2kan. aku benar2 putus asa.

dan pemilihan kabinetpun salah. dipilih dari profesional salah. dari pengusaha salah. dari birokrat salah. dari militer salah. dari akademisi salah. dari politisi salah. lantas apa maunya????? yang dikatain neolib kek. dikatain pengusaha hanya cari untung mikirin dunia usaha. birokrat nggak ngerti dunia usaha. akademisi hanya ngerti teori nggak tau praktek. militer pasti kekerasan. politisi hanya bisa ngomong. semuanya salah. gak ada yang benar. yang benar cuma pengamat. catet itu : PENGAMAT. satu lagi ding yang pasti benar : penulis berita2 di website abal2 penyebar fitnah dan twitter fitnah.

aku benar2 benci dengan para pengamat yang ada di tivi. sori aja sebut aja satu2 semuanya. mereka bisanya cuma jadi komentator : kasih komen dari otak kotor. semuanya salah. yang benar hanya jika presiden milih si komentator ini jadi menteri. ngaku aja deh. kalo situ pengamat ditunjuk jadi menteri pasti diem. iya kan.

aku jadi merasa negeri ini adalah negeri sang menunggang keledai.

kalo pernah dengar cerita tentang keledai kurus, kakek tua dan anak kecil.

suatu hari di padang pasir ada kakek tua, anak kecil berjalan beriringan dengan keledai kurus. para pengamat mengomentari bodohnya kakek tua dan anak kecil, kenapa ada keledai kok tidak ditunggangi.

lalu kakek tua pun menaiki si keledai, lalu si anak kecil tetap jalan di samping keledai. para pengamat mengomentari jahat banget kakek tua, masa anak sekecil itu disuruh jalan kaki sementara dia enak2an naik keledai.

lalu kakek tua pun turun dan disuruhnya anak kecil itu naik keledai, sementara si kakek jalan di samping keledai. para pengamat pun mengomentari betapa tidak sopannya si anak kecil, kenapa kakeknya yang sudah tua disuruh jalan kaki sementara dia enak2an naik keledai.

kakek tua dan anak kecilpun menaiki keledai bersama. para pengamat lagi2 mengomentasi betapa teganya kakek tua dan anak kecil berduaan menaiki keledai kurus, kasihan sekali keledai kurusnya.

akhirnya kakek tua dan anak kecilpun turun dan jalan di samping keledai. kembalilah ke kondisi semula dengan komentar2 dari para pengamat pertama kali. never ending story.

begitu kondisi negeri ini. negeri sang penunggang keledai. yang benar cuma pengamat dan penulis berita2 fitnah.

aku tau pengamat dan apapun itu dapat duit dari hasil pengamatannya. mungkin hidupnya dari situ. makanya bakal diem kalo dapet rejeki jadi bagian dari pemerintahan. tapi please deh. kapan negeri ini bisa maju membangun kalo begini terus-menerus. malu sama negara tetangga. mereka udah sampe bulan, sementara kita masih berjibaku dengan menjelek2kan sesama. malu sama yang benar2 tulus ingin membangun negara.

semoga ada secercah harapan buat negeriku yang malang ini...











































No comments:

Post a Comment