Thursday, 19 June 2025

rest in peace temanku..

Kaget banget semalam terima kabar temen esempe kita yohanes meninggal dunia karena jantung dan gula hiks.. kita dulu sekelas di kelas 1 dan deket banget ada yohanes, jamal, desi, aku.. lalu pas kelas 2 barulah ketemu gank yang bertahan cukup lama terdiri dari desi, aku, zulfri, arip dan ifan. Trus jaman esema temen2 deketku itu ada dewi, wardi dan tomo.

Aku masih menyimpan diari mini yang isinya tulisan kenangan temen2. Kalo baca2 itu suka ketawa sendiri, konyol2 banget tulisannya. Inget nggak, jaman dulu kan musimnya tiap sahabat nulisin kenang2an di buku diari, dan aku masih menyimpannya.

Tapi ya dari pengalaman hidupku, entah kenapa tiap gank deket yang ada cowo2nya ujung2nya pasti ada yang suka dan baru terungkap bertahun2 kemudian. Makanya aku jadi nggak percaya bahwa cowo dan cewe itu bisa betul2 berteman tanpa ujungnya ada rasa suka, ya kecuali kalo bener2 nggak menarik atau nyebelin cewenya 

Dari beberapa ketemuan temen2 barulah kutau bahwa penggemarku ya temen2 deketku itu. ternyata arip suka sama aku, yohanes juga, trus zul juga. Jaman esema juga sama aja. Tapi kejadian juga sih aku suka sama nanung, tapi dia ternyata lempeng2 aja ngga ada rasa sama aku huaa..

Cerita mengenai yohanes ini, anaknya suka ngelucu, badannya gendut putih, makannya banyak, yang menarik dia itu katholik taat tapi sahabatan sama jamal yang dari keluarga muslim super santri (bapaknya jamal bolak balik ke timur tengah). Mereka berdua duduk sebelahan dan ngelawak melulu, cela2an tapi rukun2 aja. Nah aku dan desi kan duduk sebelahan dan deket2 mereka duduknya, jadinya ketawa mulu dengan banyolan mereka.

Selanjutnya infonya mungkin karena yohanes makannya nggak terkontrol dan ada riwayat diabetes, di usia 51 meninggal karena gula dan jantung. Aku nggak bisa cerita banyak tentang dia karena esema dan selanjutnya udah nggak kontakan lagi, trus aku lulus kuliah kan kerja di jakarta sampe sekarang.

Mengenai suka nggak suka ini aku kadang suka nggak percaya, karena aku tuh merasa biasa aja, ya paling aku tuh kata orang2 itu pintar karena langganan ranking, trus suka ngelawak. Sisanya ya standar aja, makanya aku nggak percaya klo dulu ada secret admirer.

Aku juga baru sadar setelah desi bilang ke aku, nama anaknya mirip banget namaku, tapi 1 kata ada yang diganti, tapi secara keseluruhan mirip namaku karena namaku rada nggak umum dan panjang. Kata desi tuh bener kan karena efek ngefans.. hadehh

Kudoakan semoga yohanes beristirahat dengan tenang, rest in peace.. infonya ada acara kebaktian sebelum dimakamkan. Aku nggak bisa melayat karena tinggal di Jakarta. Maafkan kalo aku ada kesalahan ya.. semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kemudahan menjalankan hari2 selanjutnya.. T_T



empty nest syndrome

Nggak kusangka aku mengalami empty nest syndrome, padahal dulu merasa sangat tangguh nggak akan mungkin mengalami.

Ketika rumah terasa kosong karena anak2 udah lulus kuliah dan kerja dengan mandiri. Fikri saat ini penempatan dokter di pangkalpinang, selma lulus studi arsitektur lalu kerja di salah satu perusahaan bidang properti. Ditambah kondisiku di usia ini mulai pre-menopause dan mr hubby juga sensitif karena mau pensiun tahun depan. 

Baru kusadari anak2lah yang menjadi perekat kita dan tempat mencurahkan segala kasih sayang dan perhatian. Padahal aku ini bukan ibu yang baik dan benar karena mostly meninggalkan mereka untuk bekerja, terutama di waktu kecil pendampingannya amat sangat pas2an.

Rasa bersalahku terutama dalam hal memastikan gizi terkait tinggi badan, karena jaman dulu sangat minim informasi mengenai cara meningkatkan tinggi badan. Termasuk ke dokter endokrin misalnya terkait tinggi badan. Aku dan mr hubby juga nggak tinggi sih, tapi masa iya sih mereka nggak bisa lebih tinggi dari kita, bahkan selma itu cuma 150cm padahal aku 158cm, lalu fikri 165cm sama kayak mr.hubby. Barangkali kalo aku jaman dulu terinformasi dengan perlunya asupan protein maksimal dan harus ke endokrinolog misalnya, mestinya bisa bagus. Terakhir kita bawa anak2 ke dokter tulang waktu mereka esempe, tapi dokternya juga gak bagus jadi ya tanpa solusi. Tapi yasudahlah yang penting sehat.

Alhamdulillah kalo dari kecerdasan mereka menurutku optimal, karena aku tuh suka tanyajawabin soal2 dan nemenin mereka belajar khususnya tiap mau ulangan atau ujian. Yah buktinya fikri jadi dokter dan selma arsitek.

Kembali ke empty nest syndrome, ini adalah sindrom dimana ortu merasa kehilangan, sarang alias rumahnya kosong karena anak2nya sudah pada mandiri dan pergi meninggalkan rumah untuk kehidupannya masing-masing. Yah kendati selma masih serumah, tapi rasanya juga kayak hilang karena dia udah kerja, pulang malam, ada kerjaan sampingan juga, trus weekend full aneka kegiatan termasuk pacaran jadinya jarang banget bisa ketemuan. Kalo fikri karena dokter penempatan di pulang Bangka, udah pasti berasa hilangnya.

Dan selama ini kita nggak pernah berantem ternyata karena ada anak sebagai perekat.. sekarang giliran udah lepas semua berasanya hal2 di antara kita biarpun sepele berasa jadi masalah banget hiks..

Dari artikel yang kubaca bahwa empty nest syndrome juga diperparah dengan terjadinya berbagai peristiwa lain dalam hidup seseorang, seperti pensiun, menopause dan kematian orang yang disayang. Ini yang berasa banget karena usiaku menjelang menopause, lalu menghadapi mr hubby yang super sensi karena udah mau pensiun, serta ditambah rasa kehilangan ibuku yang meninggal karena stroke akibat covid, walaupun sudah 3 tahun lalu. Aku juga merasa sepi karena di kantor, beberapa teman juga pensiun, lainnya jaraknya kemudaan jadinya canggung. Tambah lagi aku bukan orang yang biasa berpolitik kantor, cenderung lempeng2 aja.

Padahal klo dipikir2 aku juga kegiatannya nggak yang urusan kantor aja selama ini, tapi juga ngurus kos2an dan rumah sewa kendati dari jauh karena lokasinya di jogja, trus ada kegiatan menari jawa di 2 tempat tiap sabtu dan minggu siang, tapi tetep aja rasanya kayak ada yang hilang. 

Sejak mereka kecil aku selalu mengorganisir traveling bareng berempat, dari piknik tipis2 pas lagi bokek sampe dengan traveling yang menguras biaya ke amrik tahun lalu. Dari traveling itu bisa kusimpulkan bahwa memori yang sangat membekas dengan keluarga kecil itu adalah traveling, karena kalo barang ya cepet ilang aja.. tapi traveling itu memorable banget, makanya biaya traveling menurutku sangat sepadan dengan memorinya. 

Entah kapan bisa traveling berempat lagi karena kesibukan berempat ini, ya khususnya anak2. Yah walopun sejujurnya makin mereka gede, kita traveling itu makin banyak nggak akurnya karena masing2 punya keinginan dan susah diatur, beda jaman mereka masih kecil2 kan nurut aja kemana2..

Yah semoga bisa menghadapi empty nest syndrome ini dengan baik. Sehat2 terus dan tetap produktif ke depannya.



Tuesday, 10 June 2025

jalan ke solo - semarang - lasem

Jadi ceritanya 3 hari libur Idul Adha kemarin itu kita berdua jalan ke Solo lanjut Semarang lanjut Lasem.

Pagi2 abis subuh udah meluncur ke rumah mertua di utankayu buat nemenin sholat Ied mengingat ipar yang tinggal sama mereka lagi naik haji. Abis itu kita berangkat ke Solo naik Batik. Tadinya mau mampir Pisalin liat2 baju unik, eh tapi ternyata tutup. 

Jadinya sampe Solo kita makan siang dulu di Kusumasari, trus lanjut ke Lokananta. Aku tuh hampir tiap tahun ikut acara nari di Solo nggak pernah lupa mampir makan di Kusumasari dan nggak bosen2 karena tempatnya adem dan tengah kota, makanannya khas Solo dan terjangkau harganya, dan rasanya juga cocok di lidah. Biasanya aku pesen husarensla dan selat Solo, tapi kemarin ini nyobain chicken white sauce apalah ternyata enak lho.

Kelar dari Kusumasari lanjut ke Lokananta yang udah dibeli tiketnya online beberapa hari sebelumnya. Solo lagi panas2nya dan di Lokananta nunggu bukanya museum juga puanas, alhasil ngadem dulu ngopi di kompleks Lokananta.

Pas jam 2 dibuka kita masuk bareng rombongan yang lain. Kesanku museum ini baru selesai dirapikan, bangunannya kayak segi empat mengelilingi taman tengah gitu. Ruang2 museumnya pake AC tapi begitu keluar ya panas banget. Bayarnya 30k per orang dan pake pemandu resmi dari museum.

Jadi ceritanya lokananta itu dulu semacam perusahaan rekaman BUMN tapi trus dilepas, dan seiring perkembangan jaman jadi nggak bisa ngikutin. Kamar2 bangunannya ada yang kayak penyimpanan piringan hitam, kaset2 lawas dan galeri berbagai barang2 peninggalan yang menggambarkan proses penciptaan lagu sampe dengan produksi selesai. Rekaman2 KoesPloes dan Waldjinah serta lagu2 jawa banyak diproduksi di sini di masa lalu. Di akhirnya ada tempat jual souvenir.

Menurutku lokananta cukup bagus ya setelah direnovasi ulang, kompleksnya yang terdiri dari kafe2 juga kekinian banyak anak mudanya. 

Selesai dari lokananta kita lanjut jalan2 liat batik sembari nunggu jadwal jam 6.30an sore kereta ke Semarang. Kita liat2 beberapa toko batik tapi sayangnya banyak yang libur karena Idul Adha. Akhirnya terdampar di kampung batik Kauman dan ternyata tempatnya cocok buat foto2 jadul. Kelar dari sana kita lanjut ke stasiun Balapan dan lanjut ke Semarang.

Kereta Banyubiru Express sampe di Semarang sekitar jam 8 malam, kita langsung naik taksi ke hotel Neo di Candi buat nginep sehari karena besok pagi lanjut ke Lasem.

Paginya sekitar jam 7 kita udah pesen mobil dan driver ke Lasem nginep sehari disana sebelum balik Semarang dan lanjut Jakarta. Perjalanan yang semula diperkirakan 4 jam ternyata jam 10an udah sampe Lasem. 

Kesan pertama Lasem adalah kota tua, chinese heritage, banyak ditinggalkan anak2 mudanya, dan puanas pastinya karena seputar pantai utara jawa. Hawanya semacam ada nuansa pecinan tapi juga kesan pesantren, keduanya nggak bercampur tapi beriringan. Yah bisa dibilang hampir semua bangunan tuanya milik turunan Tionghoa dari sekian generasi tapi para pegawainya ya penduduk lokal Lasem yang sudah berumur.

Pertamanya kita ke Batik Lumintu dulu. Bangunannya kuno tertutup tembok tinggi ciri tionghoa ya, trus masuk ada semacam latar kecil dan teras yang luas. Disitulah batik2 dipajang, dan di sampingnya para pembatik lokal bekerja. Pemiliknya generasi turunan kesekian yang dipanggil pulang oleh ortunya untuk melanjutkan usaha. Motif batiknya tentunya bagus banget, bangbiron, laseman, tiga negeri. Tapi harganya memang nggak kaleng2, sehingga aku yang masih termasuk kaum mendang-mending cuma kebeli semacam kain panjang buat taplak meja di rumah.

Abis itu lanjut ke batik Rumah Merah. Nah ini juga bangunan tua milik keluarga Tionghoa di masa lalu yang dilanjutkan oleh penerusnya. Ada 4 kamar yang dijadikan penginapan juga, terlihat ada foto2 beberapa tokoh menginap disana. Ada tangga kecil ke loteng yang tersembunyi di dalam lemari besar. Penjaganya orang lokal semuanya yang sudah berumur dan turun temurun generasi pekerja disana. 

Ada bangunan yang lagi dikerjakan sebagai museum batik, di situ diceritakan tentang masa lalu batik membatik di Lasem ini. Mulai dari orang2 dari negeri tiongkok datang ke Lasem sebelum jaman Chengho. Mereka ternyata merasa Lasem tempat yang ok lalu ngajak keluarganya dari Tiongkok untuk datang dan membangun Lasem, termasuk ternyata batik itu dulu orang2 tiongkok yang mengajarkan membatik. 

Batik khas lasem itu ada yang istilahnya bangbiron (abang/merah dan biru), ada yang teh2an, ada yang tiga negeri yang khas banget ada warna merah lasemnya, hijau dan soga (coklat). Motifnya emang bagus2 banget, detil dan rumit, bisa berbulan2 mengerjakannya. Di sebelahnya ada tempat jual batiknya yang bagus2. Harganya ada yang diskon lumayan banget jadi akhirnya aku beli sepotong yang tiga negeri. 

Abis dari situ makan dulu ke Dapur Lasem. Dapur Lasem ini juga bangunan kuno. Harganya tentu sesuai, tapi karena AC di tengah siang bolong tentunya tepat. Selesai makan lanjut ke rumah tegel, ini juga bangunan tua banget bekas keluarga pemilik pabrik tegel. Ini tua bangetlah dan gelap dalamnya, khas rumah jadul tionghoa, dan karena tua dan gelap pas masuk berasa ada yang ngeliatin deh hehe.. seperti biasa penjaganya dari penduduk lasem turun temurun sudah berumur. Kita juga liat halaman belakangnya yang guide banget kayak kebon bekas pabrik tegel.

Setelah itu kita mampir ke Batik Nyah Kiok. Ini juga bangunan heritage milik keluarga tionghoa turun temurun. Motifnya khas lasem dan ada motif yang legend itu namanya gunung ringgit pring (gunung uang dan bambu) yang konon melambangkan harta yang berlimpah. Motif ini spesial banget dan sudah ada ada pelanggan tetap turun temurun. Harganya dong nggak kaleng2 minimal 4.5jt sampai tak terbatas, jadilah kita melipir aja hihi.. tapi memang sumpah bagus banget, mr hubby sampe ngiler liat batik motif gunung ringgit pring ini.

Setelah itu lanjut ke Lawang Ombo atau Omah Candu. Ini juga bangunan tua tionghoa tempat dulu perdagangan candu. Jenis rumahnya ya mirip2 Rumah Merah, tapi pintu depannya lebih lebar alias ombo. Di sampingnya ada gudang dengan loteng yang konon tempat naruh barang2 dagangan, mungkin termasuk candu ya? Trus di bawahnya ada lubang yang katanya bisa nembus ke sungai, mungkin untuk menyelundupkan di jaman dulu. Tapi katanya sekarang udah ketutup lumpur dan banyak ularnya.

Kelar dari sana kita lanjut ke hotel Oei buat naruh koper dan sholat2. Abis itu sorenya kita lanjut ke pantai Kebon Jahe. Tadinya udah pesimis dan males pantainya bakal riweh banyak pedagang asongan ngikutin kayak di Bali, tapi ternyata enggak kok. 

Abis itu makan di lontong tuyuhan yang menurutku mirip banget lontong opor tapi tapi tanpa sambel goreng, tapi sayang ayamnya keras banget gak bisa dipotong. Harusnya untuk perbaikan bisalah ayam ini dibikin empuk dan dipotong2 kecil gitu, karena lontong dan kuahnya sih udah enak.

Setelah itu balik hotel, istirahat karena cuapek banget. Sempet pesen minum di resto bagian depan hotel Oei ini. Jadi bangunan ini terdiri dari 2 bagian, bagian depan memang bangunan heritage tentunya milik keluarga tionghoa lawas, lalu di bagian belakangnya dibikin semacam hotel dengan model mirip bangunan lawas di depannya. Hotelnya cukup nyaman, hanya saja untuk perbaikan baiknya ada air hangat dan handuknya jangan kecil dan lawas juga.

Besoknya kita sarapan dulu di hotel, dapet nasi pecel dibungkus daun jati. Selanjutnya kita mampir ke klenteng Cu An Kiong. Ini kelentengnya gak jauh dari Omah Candu, tapi nggak boleh dikunjungi dalam satu hari, karena mungkin nggak elok ya abis dari candu2an trus ke rumah ibadah atau sebaliknya. Disinilah pusat kelenteng Lasem, kalo ada acara2 juga pusatnya disini, bahkan aneka kelenteng di jawa juga ikutan kalo ada acara disana. Ada dewa samudra, ada dewa or dewi bumi, dewa or dewi tatakota dll.

Abis dari situ sempet mampir ke batik Kidang Mas, trus abis itu beli oleh2 makanan trus bablas ke Semarang karena sore mau balik ke Jakarta. 

Sekitar jam 1.30 kita udah sampe di Semarang, lanjut ke toko Oen makan siang bentar, trus ke lumpia mbak Lien tapi ternyata kalo beli kudu pesen baru bisa diambil 4 jam lagi. Ya udahlah muter2 Semarang nostalgia dulu rumahku masa kecil di lemah gempal, SD simongan yang sekarang jadi Bulustalan, trus muter2 lagi lewat kota lama. Mau mampir foto2 jadul disana tapi kok puanasnya gila banget. Ya sudahlah lanjut muter2 naik mobil, cari oleh2 dan didrop ke bandara untuk balik ke Jakarta. 

Demikianlah halan2 kita ke Solo-Semarang-Lasem selama 3 hari ini. Mudah2an bisa halan2 lagi ke tempat2 lain di Indonesia yaa…

Monday, 9 June 2025

nggak cocok homestay

 Sebetulnya nggak sengaja punya rumah kecil yang dijadikan homestay di jogja. Berawal dari keinginan punya rumah di jogja yang bisa dijadikan tempat nginap kalo lagi di jogja, tapi sehari2 bisa disewakan jadi homestay kecil2an. 

Tapi ternyata tidak semudah itu ferguso. Karena kenyataannya biaya operasionalnya ya lumayan, nggak nutup dengan hasilnya yang nggak seberapa, sedangkan tiap ke jogja juga kita nggak nginap di sana, termasuk jarang juga kita ke jogja.

Tadinya kita kelola sendiri, hasil yah so-so nutup biaya operasional & lebihan dikit. Trus kita titipin ke manajemen homestay dengan porsi 65:35. Awalnya hasilnya lumayan, tapi lama2 malah nombok nggak jelas. Akhirnya kita ambil alih lagi, hasilnya balik lagi so-so nutup biaya operasional aja. Iklannya sih lewat IG dan Airbnb doang, tapi ya gitulah hasilnya. Tapi mungkin memang kondisi perekonomian lagi nggak bagus, semua lagi nyungsep.

Yah memang nggak semua jenis bisnis bisa cocok. 

Oleh karena itu aku lagi nitipin rumah ini buat dijual aja, buat tabungan pensiun dan juga nabung untuk biaya studi spesialis fikri. Mudah2an bisa segera terjual cepat dengan harga bagus. Aamiin YRA..



Monday, 2 June 2025

tentang bulan mei: bintaro - sumbar - pangkalpinang

Bulan Mei kemarin ternyata lumayan padat.

Dimulai dari target penyusunan laporan kinerja triwulanan trus laporan kinerja tahunan, harus konsinyering di luar kantor alias di hotel seputar Bintaro beberapa hari demi ngebut penyelesaian laporan2 ini. Trus lanjut trip ke Padang bareng kakak2 dan beberapa keponakan. Ini trip persis 10 tahun lalu bareng mr hubby dan anak2, tapi entah kenapa trip Padang Bukittinggi itu nggak bikin bosen soalnya hawanya sejuk, pemandangannya bagus, spotnya banyak, bisa foto baju adat minang, belanja oleh2nya macem2 dan makanannya udah pasti rendang dkk enak2 gak ada lawan.. 

Jadi perjalanan ke padang itu dalam rangka bikin hepi kakak pertamaku yang barusan pensiun sebagai ASN setelah 35 tahun kerja. Salut sama mbak nana ini karena dia single fighter tulang punggung rumahtangganya, mengingat suaminya gak menentu pekerjaannya sebagai pemborong kecil2an. Anaknya 2, yang sulung udah kerja sebagai ASN di Belitung, satu lagi kuliah hukum tapi entah kenapa nyangkut di skripsi nggak lulus2. Aku prihatin banget karena di keluarga besar kita cuma dia doang yang belum kelar, udah jelang 6 tahun kayaknya kuliah. Padahal ibunya udah pensiun mestinya segera aja diselesaikan trus kerja biar nggak jadi tanggungan lagi.

Kembali ke kesibukan selanjutnya. Abis dari trip itu lanjut lagi konsinyering di luar kantor buat finalisasi laporan kinerja. Trus ada sabtu minggu latihan intensif bedhaya buat festival bedhayan. Cape tapi selalu menyenangkan menari itu. mungkin aku nggak berbakat nari tapi suka menari adalah another level..

Lalu rame2 di kantor gegara seleksi pimpinan tertinggi untuk posisi wakil ketua. Beberapa bos internal dan mantan2 bos ikutan seleksi, tapi gak berlanjut. Kita tunggu aja siapa nanti yang kepilih. Gak terlalu ngaruh sih secara aku juga bukan siapa2 hehe..

Selanjutnya minggu lalu pas libur panjang lanjut ke pangkalpinang mengantar fikri penempatan dokter di RSUD depati hamzah. Kotanya kecil dan nggak terlalu rame, panas dan hujan bergantian. Penempatan ini setahun untuk memenuhi kewajiban internship setelah lulus dokter. Abis itu masih panjang perjalanan karena pengennya lanjut spesialis. Ada perasaan sedih ditinggal fikri setahun, yah maklumlah ibu2 lebih deket sama anak cowoknya, trus aku tuh pengennya dia penempatan di pulau jawa aja. Tapi ya udahlah dapetnya di pulau Bangka.

Oya awal juni juga mau perjalanan lagi. Rencana mau ke solo semarang dan lasem di libur panjang 4 hari itu. yah sekedar jalan tipis2 karena abis ini kalender kok gada tanggal merahnya lagi. Udah lama pengen ke lasem, moga2 cuacanya nyaman nggak panas.

Mudah2an dilancarkan semuanya ya..