Sunday 30 June 2019

my random path of life

sejujurnya aku ngga pernah merencanakan cita2ku atau jalan hidupku secara jelas. terkadang aku sendiri nggak paham bagaimana aku yang seringnya ranking 1 di sekolah ini justru gak punya cita2 mau jadi apa. jurusan apa yang diambil, mau kerja dimana juga gada suatu tujuan yang spesifik.

tapi Allah memang maha baik. dan aku menjalani semuanya dengan mengalir saja. bekerja hampir 12 tahun di bank ternama yang dari awal aku juga gak cita2kan, pindah ke oil and gas industry, mengalami pergolakan batin karena posisiku yang di bank sebelumnya sudah cukup tinggi tiba2 menjadi nobody karena aku gak paham struktur di industri yang berbeda. rasanya nyesek tadinya aku punya tim, punya kewenangan, punya ruangan sendiri, tiba2 menjadi nobody karena nggak melakukan riset secara mendalam tentang struktur posisi dan kepangkatan di industri yang berbeda ini.

lalu aku pindah lagi ke sektor finansial, regulator yang membuatku terseok2 di awal karena birokrasinya, turut mengembangkan dan membangun sistem sampai cukup established, mengawali lagi dari posisi yang kuperjuangkan sendiri strukturnya bersama konsultan. aku merasa sesak juga karena susah payah aku perjuangkan struktur kepangkatan supaya posisi dan jabatanku setidaknya setara dengan posisi di bank tempatku dulu bekerja, walaupun tanpa kewenangan.

dan sampailah pada saat sebetulnya aku sudah lelah dan ikhlas karena aku tahu bahwa untuk menduduki jabatan di atasku sangatlah politis dan gak ada yang mensponsoriku karena aku bukan siapa2. aku cuma bekerja sebaik2nya. semua tugas dan tantangan aku kerjakan maksimal, intinya aku profesional saja, bekerja semaksimal mungkin karena dibayar.

aku tau posisi sebagai group head itu memang mustahil kecuali ada keajaiban karena aku bukan orang yang bisa berpolitik, maklum kantorku ada 2 kubu. di samping itu tingkat kepercayaan terhadap kandidat internal sangatlah rendah. alhasil 3x rekrut prohire untuk mengisi jabatan itu berakhir dengan kegagalan, tidak ada yang survive menjabat di situ.

aku sebetulnya juga sudah nggak ada hasrat untuk mengejar2 posisi di atasku tadi karena berbagai alasan tadi kendati semua orang tau akulah yang paling fit. ketambahan lagi 1 tahun lagi masa kerjaku dan usiaku sudah memungkinkan aku buat pensiun dipercepat. justru itu yang membuatku bersemangat menyusun rencana berhenti, tentunya aku bakal tetap bekerja di tempat lain tapi lebih santai. aku mulai menjalin kembali networking kenalan, mantan2 atasanku yang selama ini sangat welcome kalau aku pindah, karena mereka pernah ngajakin aku pindah tapi aku belum mau karena mempertimbangkan paket pensiun dipecepat.

dan sejujurnya doa2 yang kupanjatkan selama haji tahun 2018 lalu adalah aku pengen pensiun dipercepat lalu bisa bekerja yang bebannya ringan2 aja di tempat yang lebih nyaman, pengen jadi dosen juga, pengen balik ke rumah di bintaro yang selama ini kita sewakan.

tapi kita tidak bisa mendikte Tuhan. kenyataannya di bulan mei kemarin aku malah naik jadi group head biarpun masih berstatus pelaksana tugas. lalu rumah di bintaro diperpanjang sewanya dan malah kita saat ini lagi proses untuk deal rumah yang gedenya lebih lega daripada rumah sekarang yang imut ini, di dekat rumah kita ini.

dan berada di posisi ini juga seperti kena tulah atas tulisanku sendiri, waktu itu aku bilang perempuan bekerja rata2 merasakan glass ceiling, yaitu batas langit2 semu yang ia ciptakan sendiri karena dia perempuan, gak enak kalo menjadi "lebih" dari pasangan. dan ini kurasakan sendiri. bagaimana aku maju mundur dan it takes time buat mr.hubby untuk bisa menerima dan akhirnya mendukungku. cukup berat. bahkan sangat berat buatku karena selama ini aku ikhlas2 aja kalo aku hancur di pekerjaan asal jangan di urusan keluarga. aku juga selalu bilang aku siap resign kapanpun tapi mr hubby mendukungku tetap bekerja. alhamdulillah anak2ku udah gede2 juga, yang pertama kuliah di kedokteran & adiknya naik kelas 3 esema.

aku juga nggak tau apakah aku bisa survive dengan posisiku ini mengingat sebelumnya gada yang survive dan aku masih jadi pelaksana tugas alias belum definitif. yang jelas aku cukup terengah2 dengan ritme di posisiku ini karena rapat2 maraton setiap hari selain tugas2 dalam rangka pencapaian target unit kerja, di samping target2 yang pimpinan tertinggiku secara khusus meminta aku memenuhinya.

aku gak tau apa pertimbangan akhirnya big boss minta aku yang handle posisi itu. aku benar2 murni hanya bekerja semaksimal mungkin, apapun kukerjakan, gak ada lobi2an atau sponsor dari kubu2 bos2 di kantor karena aku bukan orang yang bisa berpolitik. aku juga bukan orang yang cerdas banget tapi setidaknya kukerjakan apapun tugas sebisaku.

dari sisi kepemimpinan aku juga bukan tipe leader yang galak, tapi lebih kepada mengelola & mendorong anggota unit kerja, memberi arahan, berdiskusi, memberi solusi jika tim ada kesulitan. intinya aku ingin menjadi pemimpin yang bisa menempatkan diri seperti apa aku ingin dipimpin. sebagai bawahan aku ingin diperlakukan seperti apa, itulah yang coba kuterapkan sebagai atasan. memimpin itu tidak melulu dengan cara kekerasan, karena kita tidak bekerja di pabrik. justru mungkin karena itu aku tidak cepat melejit karena terkesan tidak keras. tapi menurutku kita tidak bisa memaksa gaya kepemimpinan seseorang karena bisa membuat tertekan jika itu bukan watak alaminya.

lagipula aku juga gak ambisius seperti yang tadi kubilang, seperti doa2 yang kupanjatkan juga. dan kalaupun nanti aku nggak survive di posisiku, aku juga secara gentle akan mundur mumpung pas di usia dan masa kerja aku bisa pensiun dipercepat. pensiun terhormat dengan posisi terakhir sebagai group head.

selanjutnya aku pengen menjalani second career path, aku pengen mengajar, jadi dosen sembari jadi konsultan sesuai bidang kerjaku, pengen ambil S3 juga. jika itu yang disebut sebagai cita2, rasanya telat banget untuk dicita2kan, apalagi dicapai ya..

tapi apapun itu, begini rasanya punya cita2 di usia tak lagi muda.. biarkan mengalir saja apa adanya, yang penting tetap berusaha dan berdoa...