Aku pernah menulis di blog ini tentang glass ceiling dalam kehidupan, bahwa perempuan itu mempunyai langit-langit kaca yang dibikin sendiri karena berbagai alasan yang akan menghalanginya untuk melejit. Rasanya aku juga mengalaminya.
Sejujurnya keinginanku itu banyak banget. Barangkali kalo mr hubby permisif atau malah mungkin aku nggak kawin, rasanya aku udah kemana2 deh, mungkin udah ambil S3, mungkin udah jadi direktur eksekutif, jadi aktivitis ini itu di berbagai komunitas, dan mungkin karirku udah nggak kebendung lagi.
Selama ini aku menahan diri dalam perkembangan karirku di kantor demi anak2 sampai mereka selesai studi dan kerja, tapi ternyata tidak semudah itu ferguso. Karena ketika anak2 sudah nggak diuruspun, gantian mr hubby yang nggak rela banget aku melangkah terlalu jauh. Pas aku naik jabatan sebelum covid itu bukannya hepi tapi malah merasa bersalah banget, padahal anak2 udah pada kuliah. Trus kemarin naik pangkat juga rasanya nggak excited. Inilah glass ceiling.
Padahal untuk kehidupan domestikpun rasanya aku handle banget-banget, karena pembantuku itu nggak nginep dan dia udah berumur sehingga akhirnya banyak yang aku rapihin sendiri. Kondisiku yang rada OCD bikin aku beberes rumah mulu. Mengenai masak memasak dari dulu aku memang males, toh bibi yang masak. Malesnya ini karena males beberes sesudahnya, sedangkan aku pembersih banget. Nah ini yang bikin aku kadang kesel karena mr hubby menuntut ini itu untuk makan, sedangkan anak2ku udah gede2 ngurus sendiri makannya karena mostly juga ngekos mengingat fikri lagi koas dan selma mulai kerja. Kadang pulang kerja aku tuh pengen bisa pilates atau yoga atau apalah untuk olah tubuh tapi pulang kerja masih banyak pekerjaan domestik harus diurus dan mr hubby pasti ngomel klo nggak langsung pulang, padahal ya kita ini pulang pergi kerja selalu bareng.
Dulu jaman anak2 masih kecil2 mr hubby nggak rewel sama sekali dalam segala hal. Makan juga simple. Tapi makin kesini dia makin rewel setelah anak2 gede dan mulai jarang di rumah. Ada aja komentar tentang makanan sampe aku kesel. Udah gitu bibi kan pembantu pulang pergi, jadi nggak bisa siapin sarapan. Tapi memang seringnya kita nggak sarapan karena pagi2 harus berangkat kerja.
Sebetulnya sekarang ini aku lagi pengen ambil S3, tapi rasanya nggak akan dapet support dari mr hubby. Trus one day mungkin promosi jabatan lagi, rasanya juga mr hubby nggak hepi. Mungkin karena 2 tahun lagi dia mau pensiun dan kemarin sempet sakit2an jadi berasa useless. Padahal pensiun juga masih ada aktivitas, bisa memantau kos2an di jogja dan membangun rumah pensiun kita disana.
Soo rasanya pilihan pindah kerja yang lebih manageable waktunya dan lokasi yang lebih deket perlu segera direalisasikan. Semoga aja ada jalannya.. aaminn YRA..
No comments:
Post a Comment