Maret sd Mei kemarin adalah bulan-bulan terberat
di tahun ini. Dimulai dari mewabahnya Covid19 yang membuat harus mempersiapkan
kondisi WFH karena masuk dalam tim manajemen keberlangsungan tugas, bikin
protokol dan berbagai persiapan. Lalu segala sesuatu hal tidak menentu.
Yang berat adalah harus menindaklanjuti sanksi
atas pelanggaran sekitar 11 orang di kantor. Berat banget padahal mereka ini
tidak mendapatkan keuntungan apapun, hanya kesalahan prosedur dan
administratif. Lalu dilanjutkan dengan penggantian2 jabatan di kantor, sungguh
sangat melelahkan jiwa raga. Dalam kondisi WFH sedemikian banyak pekerjaan
administratif urusan surat keputusan, salinan, petikan dan atasan yang ribet
banget. Lalu mendadak ada hal yang membuatkan sedih tapi ya bagaimana lagi,
harus merekrut prohire yang
mengerjakan pekerjaan yang sebetulnya menjadi bagian dari pekerjaanku. Kamu
bisa merasakannya kan. Mana prosesnya ribet banget, tarik ulur dll, diumumkan
dimana2, nyesek juga. Tapi ya sudahlah let
it flow.
Belum lagi urusan paket penawaran buat pegawai
yang diminta mengundurkan diri sukarela. Berat banget rasanya, dalam situasi
kayak gini lagi hiks. Setelah proses yang panjang akhirnya bisa disampaikan dan
mereka dikasih waktu untuk menjawab paling lambat akhir Juli. Lalu ada juga
mereka yang dipaksa untuk ambil MPP beserta macem2 urusan tindak lanjutnya.
Kalo udah urusan like dislike gini
aku tuh nyesek. Trus tiba-tiba harus dibentuk ikatan pegawai, trus tiba-tiba
diminta perlu dibuat yayasan kesejahteraan.
Kerja di rumah alias WFH itu betul2 melelahkan,
lahir dan batin. 24 jam kerja karena gak ada alasan bahwa sudah di luar jam
kerja, lagi ada tugas luar kota, cuti atau lainnya. Lalu kondisi politik di
kantor betul2 lagi gak kondusif, dan kondisi industri juga gak bagus. Stres banget
rasanya. Mana puasa pula. Lalu lebaran di rumah aja, gak bisa ke jogja. Tapi
untungnya belum sempat beli tiket pesawat juga karena rencananya mau bawa mobil. Sholat Ied di
rumah dan makan opor ketupat rendang dkk, ada yang beli ada yang bikin sama
bibik.
Lalu ada lagi, di situasi pandemi begini, Selma
anakku lagi proses penerimaan mahasiswa. Rasanya tuh gimana gitu karena gak
ngebayang ujiannya nanti seperti apa. Tapi Alhamdulillah dia diterima di teknik
arsitektur UI kelas internasional. Setidaknya lega, satu masalah selesai.
Bayar2 selesai. Trus harus mencari kost di seputar UI. Alhamdulillah dapet
walopun mungkin sampe akhir tahun masih kuliah online.
Lalu urusan pelunasan sebagian KPR. Jadi
ceritanya kita akhirnya beli rumah di dekat rumah yang sekarang. Lebih lega
ukurannya 160m dibanding rumah sebelumnya 97m. Dengan susah payah KPR dari
bulan Juli tahun lalu, renovasi sana sini perlu biaya banyak dan tukangnya
ternyata sempat gak bagus. Sampai akhirnya akhir Desember resmi pindah. Semoga
rumah ini berkah dan kayanya udah gak pengen pindah2 lagi. Selametan kecil2an
dan ibuku juga datang dari jogja, dijemput Fikri.
Dan KPR yang sedemikian besarnya itu terasa
menyesakkan memang, oleh karena itu aku berencana melakukan pelunasan sebagian
supaya cicilannya bisa lebih reasonable. Kita juga mau jual rumah sebelumnya,
tapi terkendala urusan roya di notaris yang WFH. Tapi Alhamdulillah urusan roya
akhirnya beres di bulan Mei. Lalu sejak akhir tahun aku juga ngumpulin segala
macam sumber daya finansial dari bonus, tunjangan dll sampai akhirnya awal juni
kemarin alhamduillah hampir sepertiga pinjaman KPR bisa percepatan pelunasan
sebagian. Masih dua per tiga lagi, semoga ada rejekinya.
Jual rumah di masa pandemi juga bukan hal yang
gampang pastinya. Aku udah titipin ke broker langganan yang gigih banget itu
supaya cepet kelar, supaya urusan KPR jadi selesai.
Lalu urusan kuliah Fikri di kedokteran mulai
akhir maret kemarin terpaksa online juga karena pandemi. Alhamdulillah tanggal
8 kemarin udah kelar semua blok di semester 4, nilai rata-rata B seperti biasa.
Yang penting lancar aja udah bagus, secara kedokteran itu susah. Kemungkinan
September mulai partial masuk karena ada ujian soca dan osce. Semoga lulus
dengan nilai baik, amin.
Dan selanjutnya urusan persiapan WFO bertahap
juga rempong, bikin protokol dan aneka rapat persiapan, koordinir rapid test,
booklet, paket kesehatan dll. Belum lagi gangguan anggota komite dan permintaan
macem2 dari big boss. Dijalani saja semuanya dengan baik.
Sejujurnya aku udah pengen banget cabut. Lelah
rasanya. Gak terasa udah hampir 23 tahun bekerja. Tapi kalo cabut trus KPR apa
kabar ya, trus anak2 lagi banyak2nya butuh biaya untuk kuliah. Hiburanku selama
ini adalah menari dan traveling. Tapi dengan adanya pandemi ini bener2 gak bisa
gerak. Yang ada cuma kerja kerja kerja 24 jam, urusan kantor dan pekerjaan
rumah. Gak bisa berkelit. Pfuihh… Semoga pandemi segera berlalu dan kehidupan
kembali normal lagi.. aamiin YRA