Mungkin kalo bukan di jaman medsos saling adu nasib gini rasanya ibu2 kerja ya suatu hal yang biasa aja. Kayaknya orang hidup ya nggak saling adu nasib, paling cuma ngebatin.
Seperti yang sering aku liat di timeline yang sliwar sliwer di IG dan threads, pertentangan antara ibu bekerja dan tidak bekerja, dunia yang patriarki dll.
Padahal ibu2 bekerja itu udah ada sejak jaman baheula, gimana ibu2 jaman dulu itu kerja di sawah, jualan di pasar, jadi guru, pedagang, jadi pembantu, kerja di pabrik rokok dll buat cari nafkah, bahkan jadi ratu di kerajaan jawa jaman dahulu termasuk mimpin perang kayak tjut nyak dien di aceh dll tapi ya biasa aja gada yang nyinyir.
Menurutku juga biasa aja, kayak aku dan para ibu bekerja lainnya. Untuk hidup perlu biaya. Biaya diperoleh dari bekerja. Realistis menjadi ibu bekerja karena perlu biaya rumah tangga dan kita dianugrahi kemampuan untuk berpikir dan bekerja, multi tasking dan kemampuan manajemen pekerjaan, keluarga dan diri sendiri sehingga semuanya bisa dioptimalkan dengan sebaik-baiknya.
Sejak awal aku udah bekerja, tapi motivasi utamaku adalah penghasilan untuk kehidupan rumah tangga. Rasanya kalo dilihat dari porsinya mungkin sejak aku menikah sebagian besar biaya rumah tangga itu dari aku, termasuk cicilan rumah, sekolah anak, operasional rumah tangga, nabung, investasi pensiun dll.
Hal ini karena mr hubby yang nggak stabil di pekerjaan, keluar masuk kerja entah udah berapa kali dengan berbagai penyebab, bahkan sempat ada kewajiban finansial segala. Untungnya aku stabil di pekerjaanku sehingga bisa mengcover semua biaya rumah tangga sampai hampir 15 tahun pernikahan sampai akhirnya dia stabil di pekerjaannya. Bayangkan aja kalo aku nggak kerja trus gimana kehidupan kita dan anak2..
Lambat laun setelah usia pernikahan melewati 15 tahun mulailah rada napas karena mr hubby ada posisi di pekerjaan yang baik, tapi masih ada cicilan rumah baru karena rumah yang lama terlalu kecil dan rumah lama kita sewakan aja.
Sekarang di usia pernikahan 26 tahun Alhamdulillah cicilan rumah beres dan kita mulai persiapan masa pensiun dengan membangun kos-kosan di jogja dan menyiapkan tempat tinggal disana. Rasanya dari kos2an cukuplah untuk masa pensiun kita nanti karena kita pengen tinggal di jogja. Biaya hidup setelah pensiun rasanya masih aman dari kos2an dan tabungan pensiun kita, mudah2an diberikan kesehatan lahir batin untuk menjalani usia pensiun yang produktif.
Aku pengen banget waktu pensiun berkegiatan di jogja yang sifatnya sosial dan amal, keagamaan selain ngurus kos2an, pengen juga ngajar dan jadi konsultan sesekali.
Nah lalu motivasi kerja menjadi berubah sedikit menjadi persiapan finansial untuk masa pensiun yang kira2 sekitar 5-6 tahun lagi. Alhamdulillah anak2 juga pelan2 sudah beres sekolahnya, mudah2an selma diterima bekerja di tempat yang kondusif dan sesuai keinginannya di bidang arsitektur, semoga fikri lulus ujian akhir kompetensi dokter dan bisa mulai internship di rumah sakit sesuai keinginan.
Yang pasti aku masih termotivasi bekerja selain untuk persiapan finansial pensiun, juga agar tetap punya bargaining power terhadap mr hubby yang setelah dia mulai stabil kadang2 mulai menunjukkan kekuasaannya. Selain itu aku harus menjaga bargaining power dan marwah diriku terhadap keluarga besar dan para netijen yang budiman, serta menjadi role model yang baik juga untuk anak2ku.
Aku bahkan udah gak tau bidang kerjaku mengarah kemana karena jurusan kuliah yang gak nyambung, trus sempat berada pada track bidang tertentu dan terakhir malah beda bidang lagi, pokoknya yang penting kerja yang benar untuk menjemput rejeki. Terkesan pragmatis tapi ya memang hidup perlu nafkah yang halal dari pekerjaanku ini.
Terkadang aku merasa lelah juga pengen free dan kesana kemari kayak ibu2 arisan, senam2 dan sosialita, tapi membayangkan hilangnya perasaan dihargai karena pekerjaan dan merasa punya value itu buatku nggak bisa kuterima. Nggak harus jabatan yang gimana2, yang penting masih bekerja dan berpenghasilan aja udah cukup buatku.
Sampai sekarang masih kupegang amanah ibuku untuk terus bekerja untuk menjaga marwah diri dan bargaining power, termasuk setelah melihat role model kakak2 perempuanku yang tangguh dalam bekerja, membuatku terkadang malu kenapa aku secemen itu dalam menghadapi tantangan pekerjaan, kupegang juga perkataan ibuku jika aku mengeluh tentang pekerjaan maka ibuku bilang ya memang untuk itulah kamu dibayar..
yeah suka tidak suka harga diriku memang ada pada pekerjaan.. semoga sehat2 dan semangat selalu diriku.. aamiin YRA
No comments:
Post a Comment