Thursday, 20 September 2018

pernak-pernik perlengkapan haji

Menyambung cerita haji, dari pengalamanku haji itu kusimpulkan must have items yang selama haji kemarin memang efektif digunakan:

-          Al Quran kecil, buku doa dan sajadah kecil lipat – tiga serangkai ini kemana2 dibawa ke tas kecil harian kita ibadah

-          Baju ihrom perempuan 2-3 stel (warna putih), disarankan dalam bentuk celana gombor dan tunik sebetis atau gamis tapi jangan kepanjangan (supaya tidak kesangkut dan terinjak2 waktu thawaf dan sai serta jalan), dilengkapi dengan sarung tangan yang terbuka telapak dalamnya, serta manset tangan warna putih. Pilih dari bahan katun yang nyaman dan menyerap keringat karena cuaca di tanah suci yang super panas. Kebanyakan baju muslim dari negara kita bahannya yang licin dan gerah dipakai karena negara kita nggak sepanas arab, jadi pastikan benar-benar beli yang katun. 

Abaikan bahwa kita akan sempat berganti pakaian di saat ihram, karena benar-benar nggak akan sempat dan nggak memungkinkan.

-          Baju gamis warna gelap atau warna yang soft (tidak bercorak ataupun kalau bercorak ya soft aja misal garis2 tipis) 4-5 potong, pokoknya yang aman2 aja jangan meriah bajunya kayak di Indonesia supaya nggak menarik perhatian dan fokus ke ibadah

-          Mukena pendek warna putih dan hitam bisa 3-4 potong, digunakan selama ihram atau selama di masjid

-          Hijab/kerudung besar warna gelap atau soft (tidak bercorak) bisa 4 potong, berhubung aku nggak pernah nyaman pakai hijab instant maka aku aku bawa segi empat besar dan pashmina polos lebar warna hitam dan biru tua

-          Ciput warna putih dan hitam beberapa buah, ciput putih dipakai untuk daleman mukena/ kerudung ihrom

-          Perlengkapan dengan dalaman berupa kaus dalam (aku pake uniqlo yang khusus musim panas jadi menyerap keringat dan celana panjang gombor (jangan dalam bentuk legging karena panas). untuk kaos dalam uniqlo ini bisa bawa 4-5 buah, untuk celana panjang gombor bawa 3 potong

-          Kaos kaki untuk wudhu, siapkan warna putih, hitam dan coklat. Kaos kaki ini masing-masing 3 pasang

-          Daster panjang 3 buah (1 pakai, 1 cuci, 1 simpan) – berguna banget cari yang adem yang berkualitas, bisa dipakai untuk sholat jamaah di mushola juga, tinggal dipakein atasan mukena

-          BH dan celana dalam disposable (disposable panties/celana dalam sekali pakai), berguna banget, beli aja 2-3 lusin – bahkan nggak perlu bawa celana dalam kain biar nggak nyuci

-          Mukena sholat 2 buah

-          Sajadah buat di kamar, ditinggal sehari2 di kamar – kalopun tidak ingin dibawa pulang, ditinggal saja untuk penghuni selanjutnya

-          Topi lebar 1 buah dan masker 3 buah (aku bawa payung tapi prakteknya tidak terpakai)

-          Alas kain (kain pantai) serbaguna, bisa untuk alas di atas sprei apartemen atau jadi alas/ selimut adem di mina, bahkan bisa buat nutup kepala kalo pas mendadak ada yang ketok pintu di apartemen

-          Sarung bantal 1 buah buat pelapis bantal di apartemen atau di tenda mina

-          Handuk ukuran sedang 1 buah untuk mandi di mina, tidak perlu bawa handuk lainnya karena di apartemen dan hotel sudah ada handuk

-          Spray muka diisi air zam-zam (berguna banget)

-          Mini fan (bisa di-charge atau pakai batere) – berguna banget

-          Sepatu kets untuk jalan dan pulang naik pesawat

-          Sepatu sandal yang nyaman (aku pake crocs), mahal dikit gapapa yang penting nyaman karena terpakai banget untuk perjalanan ke masjid, perjalanan di mina dll

-          Sandal jepit untuk keperluan di apartemen transit atau mina (bisa ditinggal kalau sudah nggak butuh)

-          Wadah sepatu sandal (dari kain serut)

-          Perlengkapan muka (pembersih, sabun, pelembab, sunblock) – aku cocok pakai sunblock skin aqua spf 25 dan spf 50 karena tidak mengandung alkohol dan tidak pakai pewangi, jadi bisa dipakai selama kondisi ihram

-          Perlengkapan mandi (sabun, shampoo, sikat gigi, odol, sisir)

-          Perlengkapan cuci (sabun cuci 2-3 sachet, gantungan baju lipat 3 buah, tali tambang). Cuci mencuci ini mau nggak mau memang harus dilakukan tapi nggak perlu tiap hari, biasanya 2-3 hari sekali

-          Plastik hitam besar beberapa buah (buat baju kotor, buat pengganti ember untuk mencuci)

-          Colokan kaki 3/multi, kabel roll, charger

-          Obat-obatan (obat flu, batuk, demam, diare, maag, obat mata, obat luka, plester luka, tolak angin, minyak angin, salep voltaren untuk pegal, obat oles untuk sendi dll pokoknya yang udah biasa dan cocok dipakai, jadi jangan coba2 obat baru, kecuali untuk flu haji pakai obat dari arab. Khusus untuk flu (batuk pilek) haji sedunia (pasti nanti bakal kena), untuk praktisnya memang beli di apotik di sana karena kebanyakan nggak mempan pake obat dari Indonesia J
hhmm...banyak juga ya, dan baiknya dibeli dicicil beberapa bulan sebelumnya biar nggak langsung keluar biaya gede. beberapa kubeli secara online karena praktis, sisanya beli di toko perlengkapan haji. Semoga bermanfaat untuk persiapan haji ya...





 

Wednesday, 19 September 2018

cerita hajiku : umroh kedua, mekkah dan madinah

Hari Umroh Kedua dan Mekkah
Kelar puncak ibadah haji, kita stay 2 hari di apartemen yang akan diisi dengan ibadah harian untuk selanjutnya ke hotel mekkah. Dari mina pas hari jumat itu, bapak2 diturunkan di masjidil haram untuk sholat jumat, sedangkan ibu2 lanjut ke apartemen.

Di apartemen kita mengisi acara dengan bongkaran travel bag, cuci mencuci baju selama pergi 5 hari itu, istirahat memulihkan fisik, lalu beberes koper-koper untuk dibawa ke hotel mekkah dan madinah. Cucian banyak banget, trus menyeleksi barang2 yang nggak kepake untuk ditinggal di apartemen. Koper2 mulai digabung dengan isi koper suami biar lebih ringkas. Aku sendiri koper besar diisi baju2 kotor aku dan mr hubby, 1 koper besar kosong nanti diisi dengan oleh2, lalu baju yang akan dipakai di sisa hari-hari mekkah dan madinah dimasukkan ke koper kecil.

Keesokan harinya kita check out apartemen, lalu kita diminta bersiap2 untuk city tour jam 2 siang yang akan diakhiri dengan mengambil miqot di masjid ji’ronah. City tournya singkat aja cuma melewati mina,muzalifah, arafah yang sudah kembali menjadi tanah kosong dengan tenda2 kosong, lalu ke jabal nur dan jabal rahmah, lalu melewati universitas lupa namanya, lalu berakhir di masjid ji’ronah. Kita sholat ashar di situ lalu mengambil miqot dan mengucapkan niat umroh.

Setelah itu kita masuk hotel, lanjut sholat maghrib dan isya sambil menunggu pukul 9 malam berangkat ke masjidil haram untuk umroh. Ternyata thawaf umroh di pukul 10 malam jauh lebih dahsyat sesaknya dibandingkan dengan umroh pertama dan thawaf ifadhah. Mungkin karena bersamaan dengan thawaf ifadhah jamaah lain. Thawaf umroh, sholat sunnah thawaf dan sai baru kelar jam 03.00 malam. rasanya sesak napas banget saking banyaknya manusia. Tapi Alhamdulillah semuanya lancar.


Hari-hari berikutnya di hotel mekkah berjalan dengan lancar, diisi dengan ibadah di masjidil haram dan jalan-jalan untuk mencari oleh2. Mengingat waktu yang terbatas nantinya di madinah cuma 3 hari 2 malam, maka kita berdua putuskan untuk membereskan urusan oleh-oleh di mall mekkah saja. Ibadah di masjidil haram juga ternyata cukup menguras usaha karena susahnya masuk ke masjid, harus 2 jam sebelum waktu sholat, sedangkan di dalamnya penuh banget dan digusur2 terus oleh para askar. Jadinya kita thawaf sunnah sambil menunggu waktu sholat. Sisanya kebanyakan kita sholat di pelataran masjid karena udah nggak bisa masuk oleh askar. Oya pas di mekkah itu aku mulai terkena flu dan batuk berat, sampai akhirnya beli obat di apotik di samping minum antibiotik yang udah dibawa dari rumah. Flunya benar2 mengganggu, pusing banget kepala, pilek meler tapi juga mampet, batuk nggak berhenti2.



Hari-hari di Madinah
Tibalah saatnya kita berangkat ke Madinah. Bus berangkat pagi dan sampai madinah perlu waktu sekitar 5 jam, termasuk transit makan. makannya ala arab yang sepiring beramai2 itu, tapi seperti biasa aku nggak selera makan apalagi ketambahan batuk pilek berat.

Di madinah kita nginap di movenpick hotel. kita sholat ashar di masjid nabawi, lanjut maghrib dan isya di sana. Lalu malamnya diminta untuk antri sholat di Raudhah. Antriannya betul2 puanjang, mulai jam 9 malam sampai jam 00.30 malam baru kelar, itupun berdesak2an luar biasa. Aku benar2 merasa hopeless saking lamanya dan lagi flu berat banget. Bahkan aku sempat memohon kepada Allah, jika memang kesempatan ini bukan buatku karena aku lagi sakit banget, maka aku ikhlas insya Allah aku datang lagi untuk umroh.

Tapi Alhamdulillah ternyata aku bisa bertahan dan masuk ke Raudhah, di karpet hijau yang penuh sesak itu. di Raudhah itu lagi-lagi aku sholat sambil menangis karena akhirnya bisa juga aku masuk. Aku sholat lalu pindah tempat lalu sholat lagi, pindah lagi lalu sholat lagi begitu seterusnya karena saking penuhnya dan tergusur2. Di sana semua permohonan dan doa2 kupanjatkan dalam sujudku yang panjang. Kelar Raudhah udah jam 1 malam sampai hotel, mandi, minum obat dan tidur karena paginya sudah harus berangkat untuk city tour.


Sebetulnya nggak terlalu pengen city tour karena capek banget dan masih flu berat, tapi aku mengejar bisa sholat di masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah. Alhamdulillah bisa sholat dan memanjatkan doa-doa di sana. Aku sampai lupa kemana aja selama city tour karena fokus ke masjid Quba.



Kelar dari city tour kita lanjut dengan ibadah2 rutin di masjid Nabawi, sambil mengaji juga disana. Di masjid itulah aku merasa sangat nyaman, juga sengaja memisahkan diri dari rombongan agar bisa khusyuk dan berbaur dengan jamaah dari negara lain. Ternyata jamaah dari berbagai negara itu baik2 banget, mereka yang duduk di sebelahku memberiku permen obat batuk, selanjutnya ada yang ngasih biskuit, kue dan saat sholat berikutnya ngasih tasbih. Mereka ada yang dari turki, Tunisia, bahkan belanda. Ada saatnya aku dikira masih ada turunan arab, ada yang mengiraku orang maroko segala haha..


Dan tibalah hari terakhir kembali ke Jeddah untuk selanjutnya kembali ke Jakarta. perjalanan ke Jeddah lagi2 perlu waktu 5 jam, termasuk istirahat makan di wong solo Jeddah dan dikasih waktu untuk berbelanja di toko2 yang berembel2 “murah” di belakangnya, misal toko Ali Murah. tapi aku dan mr hubby udah gada hasrat belanja sih, karena di mekkah rasanya udah cukup juga, sama sempet mampir sebentar ke bin dawood juga pas di madinah, beli sekedar coklat oleh2.

Di Jeddah airportnya khusus untuk jemaah haji, jadi memang nggak banyak toko2. Kita sholat maghrib dan isya di airport, lalu sempat menunggu di counter check in untuk memastikan koper2 masuk, tapi tidak perlu check in lagi mengingat di bus sudah dibagikan boarding pass. Imigrasi juga lancar, lalu dilanjutkan dengan menunggu waktu boarding yang cukup lama. Akhirnya sekitar jam 1 malam kita boarding dan tiba di Indonesia sekitar jam 15.30.

Alhamdulillah, bersyukur banget perjalanan haji kita di tahun 2018 ini dilancarkan dan dimudahkan. Semoga diberi kemabruran, diampuni dosa2nya dan makbul doa2nya, aamiin YRA. Kita istirahat beberapa hari untuk selanjutnya kembali bekerja seperti biasanya.

Semoga cerita kita ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang rangkaian perjalanan haji tahun 2018 ini. Kita doakan untuk teman2 dan saudara2 muslim kita dimudahkan untuk mendapatkan panggilan berhaji dan diberikan kelancaran dalam menunaikannya. Aamiin YRA..





cerita hajiku : hari-hari ibadah inti haji

Tarwiyah dan Muzdalifah
Dan tibalah saat puncak ibadah haji. Dini hari bangun untuk tahajud, mengaji, sholat subuh berjamaah, pengajian, sarapan, lalu kita sudah siap-siap mandi ihram, lalu sholat sunnah ihrom, sholat dhuha, mengaji sendiri dan bersiap menunggu pengumuman selanjutnya. Kita berangkat naik bus dalam kondisi berihram dengan membawa travel bag sesuai kelompok rombongan masing-masing menuju Mina untuk tarwiyah. Semuanya mulai berniat haji dalam pakaian ihram dipandu oleh ustadz. Sampai di Mina berjalan kaki ke maktab 113, menaruh travel bag masing-masing.



Terasa betapa sumpek dan panasnya tenda di maktab itu, walaupun tendanya sudah dilengkapi AC tapi memang suhu mencapai 45 derajat dan tenda diisi dengan 400an orang dengan luasan 1m x 1,8m tiap orang untuk duduk sekaligus tidur, baru benar-benar berasa panasnya. Sholat dilakukan dengan cara dijamak qoshor sesuai arahan ustadz karena kondisinya memang berat banget, karena sholatnya di atas busa sempit, wudhunya juga hanya diusap dibasahi dengan aqua di tempat masing-masing. tidak perlu kuatir basah karena dalam 10 menit langsung kering lagi saking panasnya hawa.



Dalam duduk setengah bersandar dan sempit banget dalam tenda itu kita melantunkan doa-doa, mengaji, berdzikir, sholat, makan dan segala macam lainnya sampai dengan isya. Sambil terbayang nanti setelah wukuf kita akan habiskan 4 hari 3 malam di tenda itu lagi dalam kondisi panas dan sempit. Di dalam tarwiyah itu aku benar-benar bermunajat, memohon ampunan atas segala dosa-dosaku yang sedemikian banyaknya, mohon dijauhkan dari siksa kubur dan api neraka, mohon diberikan kelancaran, kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan ibadah haji ini, serta berbagai doa dan permohonan lainnya yang kupanjatkan baik buatku, buat orangtuaku, buat suami dan anak-anakku, doa titipan dari teman2ku dan doa buat semua muslim dan muslimah di dunia ini. Air mata mengalir di sela-sela berbagai doa dan permohonanku, serta permohonan ampunan ini. aku benar-benar merasa kecil dan tak berdaya. Sementara itu cuaca super panas dan pengap dalam tenda ini, membuatku dalam pakaian ihram yang super rapat ini makin berasa tak berdaya saking panas dan pengapnya. Kipas angin kecil (mini fan) dan spray isi air zamzam sangat membantuku dalam hal ini, berdoa khusyuk dengan tangan kiri bergantian menyemprot spray ke muka dan mengarahkan mini fan ke muka untuk mengurangi hawa super panas ini.


Kita sholat lagi maghrib dan isya dalam kondisi jamak dan qoshor karena kondisi di tenda. Dan selepas maghrib terjadilah badai pasir selama 2 jam. itu benar-benar pengalaman tak terlupakan karena tenda terguncang-guncang, pasir berhamburan masuk, lalu bagian besi-besi penyangga atas tenda mulai berjatuhan, atap tenda terhempas sana-sini, dan beberapa kali bergemuruh bergoyang sangat kencang. Di tenda bapak-bapak bahkan AC ada yang copot dan pintu tenda copot. 



Aku benar-benar ketakutan, begitu pula ibu-ibu lainnya dalam tenda ini. semuanya tiarap, istighfar dan mohon keselamatan. Hampir semuanya menangis dan berpelukan saling menguatkan. Bahkan aku sudah pasrah mungkin inilah saat terakhirku. Tapi aku merasa amat ikhlas karena sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk anak2ku, dan aku berada di sini untuk beribadah haji. di situ juga dikabari bahwa di arafah hujan badai lebat, padahal saat itu puncak musim panas.

Dari sebelum maghrib hingga kira-kira jam 9 lepas isya itu akhirnya badai pasir berangsur-angsur reda. Kami semuanya mengucapkan syukur tak terhingga. Ustadz menyampaikan agar kita bersiap-siap jam 11 malam menginggalkan mina untuk mabit di muzdalifah dan lanjut ke arafah untuk wukuf sampai besok malam. Travel bag agar ditinggalkan untuk keperluan di mina sepulang dari arafah.

Kita menaiki bus dengan berbekal tas punggung berisi Al Quran, buku doa, atasan mukena dan sajadah lipat tipis, 1 set baju ganti untuk jaga-jaga jika terkena najis. Aku membawa bekal mini fan dan spray untuk hawa panas serta alas kain pantai untuk alas nanti pas wukuf.

Perjalanan dari mina ke muzdalifah lanjut ke arafah sebetulnya ditempuh tidak kurang dari 30-45 menit di hari biasa. tapi berhubung kepadatan musim haji, perjalanan bisa berjam-jam ditempuh. Dari keberangkatan jam 11 malam, bus baru sampai di arafah jam 3.30 pagi. entah nyasar kemana bus kita karena padat dan juga arus dialihkan oleh pemerintah setempat. Kita mabit sebentar di muzdalifah, dan lanjut ke arafah setelah melewati malam. Selama itu pula sampai dengan selesainya wukuf di arafah kita masih harus tetap dalam kondisi berihram dengan berbagai larangannya.

Wukuf di Arafah
Sampai di arafah kita jalan kaki menunju tenda arafah yang dibagi menjadi tenda pria dan wanita tiap travelnya. Tendanya cukup besar, lega dan dingin tidak seperti di Mina. Sampai di sana, sholat tahajud dan mengaji, lalu sholat subuh dan istirahat sampai dengan saatnya tenda wanita dipakai untuk wukuf bersama-sama semuanya, mulai sebelum dzuhur. Dan disitulah AC mulai tidak berasa karena saking panasnya dan penuhnya jamaah, sekitar 700 jamaah dipaksakan masuk dalam 1 tenda. Bahkan untuk berdiri sholat saja perjuangan banget.

Aku benar-benar merasa kekhusyukan yang teramat sangat di waktu wukuf itu walaupun kondisi cuaca super panas dalam tenda yang penuh dengan jemaah ini, dan AC mati 2x selama beberapa waktu. dari mulai setelah dzuhur sampai dengan maghrib waktu wukuf yang sangat berharga dan menjadi inti dan wajib haji ini. Dalam waktu yang sangat berharga dan singkat itu Allah dan beserta ribuan malaikat turun ke bumi arafah ini untuk mendengarkan semua permohonan ampunan dan doa-doa kita. Di saat itulah Allah membanggakan manusia yang sedang berwukuf di arafah dalam ihramnya di hadapan malaikat. Dalam kondisi manusia yang sedemikian kumalnya dalam kain ihram berhari-hari, tapi justru di saat itulah Allah membanggakan manusia di hadapan para makaikat, bagaimana manusia dalam ketakwaaan dan kepatuhannya.

Di saat mulainya wukuf itu di saat adzan dzuhur dan mulainya khutbah wukuf, semua jamaah haji termasuk yang sakit keras dan dalam kondisi sakratul maut harus dibawa ke padang arafah ini demi waktu yang sangat berharga selama wukuf itu, oleh karena itu bunyi sirine ambulans silih berganti dengan deru helikopter di atas padang arafah membawa jamaah-jamaah dalam kondisi kritis tersebut agar bisa berwukuf walaupun dari udara dan dari ambulans.


Selama wukuf itu pulalah tak hentinya aku berdoa, memohon ampunan atas segala dosa-dosaku dan dosa orangtua, suami dan anak2ku, mohon dijauhkan dari siksa kubur dan api neraka, mohon dapat dikumpukan di surga bersama orang-orang yang sholeh dan sholehah, mengucapkan berbagai doa dan permohonan untuk diriku sendiri, untuk orang tua, untuk suami, anak-anak dan saudara2, berbagai titipan doa dari teman2 dan kerabat, mendoakan semua umat muslim di dunia dan umat yang sedang berhaji, berdzikir, mengaji, sholat dan berbagai ibadah lainnya. air mata tak henti2nya mengalir memohon ampunan dan memanjatkan doa. di jam-jam berikutnya, aku dan mr.hubby khusyuk berdoa berdua bersama, suamiku berdoa memanjatkan permohonan, aku mengamini, doa untuk kita berdua agar dikaruniai rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah, saling setia dan saling mencintai hingga akhir hayat kita, menjadi jodoh dunia dan akhirat, dihindarkan dari perbuatan dosa dan tercela, doa untuk keberhasilan studi dan masa depan anak-anak kita, doa untuk orang tua kita, kelancaran pekerjaan dan rizki kita berdua, kelancaran berbagai urusan di dunia, dan keselamatan di dunia dan akhirat.


Di akhir waktu wukuf itu kita dikumpulkan oleh ustadz di tanah lapang, sekali lagi berdoa bersama memohon ampunan dan keselamatan dunia dan akhirat, lalu berdoa lagi sendiri dan berdua suami hingga waktu wukuf berakhir dengan sholat maghrib berjamaah. Setelah makan malam yang lagi-lagi aku cuma bisa mengambil beberapa suap dari piring mr.hubby, kita berkemas dan meninggalkan tanah arafah. Tanah arafah yang menjadi tanah istimewa di saat wukuf setahun sekali, kembali tanah biasa saja seperti tanah lainnya.



Thawaf Ifadhah
Kita kembali ke apartemen dulu dan belum boleh lepas ihram. Rasanya nikmat sekali tiba di apartemen yang kamarnya dingin secara di Mina dan Arafah sedemikian panasnya, walaupun harus menghadapi lagi teman2 khususnya mbak hani dan bu tiwi yang nggak akur itu.

Setelah istirahat sejenak, kita sudah langsung diminta untuk siap-siap thawaf ifadhah yang harus selesai sebelum sholat subuh. Kita berangkat sekitar jam 3 pagi ke masjidil haram, melakukan thawaf ifadhah di tengah kepadatan jamaah, shalat sunnah thawaf dan dilanjutkan dengan sai. Pada saat sai itulah masuk waktu subuh, dimana di putaran ke 5 kita selingi sholat subuh dulu, lalu lanjut lagi sai 2 putaran sisanya. Itulah pertama kalinya kita sholat subuh di masjidil haram. Kelar subuhan dan sai kita sudah harus segera keluar karena masjidil haram ditutup untuk sholat Idul Adha. 



Kita terpaksa mencari-cari pintu keluar karena hampir semua pintu sudah ditutup. Sampai akhirnya bisa keluar dan kita mulai berjalan kaki mencari terminal terdekat karena jalanan ditutup sehingga bus travel tidak bisa masuk.

Kita naik bus khusus angkutan haji dari pemerintah arab, tiba di suatu terminal dimana bus travel sudah menunggu. Sampai di apartemen rasanya lega banget karena sudah bisa tahalul akhir dan melepas ihram. Mr hubby dan rombongan bapak2 saling bercukur gundul sampai kelar sekitar jam 10 pagi, lalu kembali ke kamar untuk melepas ihram dan mandi-mandi.


Lempar Jumrah dan Hari-hari di Tenda Mina
Sore itu juga kita sudah harus kembali ke Mina untuk melempar jumrah dan tinggal selama 4 hari 3 malam di tenda Mina. Lagi-lagi kita harus berjalan kaki lumayan jauh dari tempat turunnya bus ke maktab, dilanjutkan ke tempat lempar jumrah dan balik lagi ke maktab tenda. Alhasil dari hitungan kilometer hp-ku, total sehari itu kita berjalan kaki sejauh 16km mulai dari thawaf, sai, perjalanan ke terminal bus, jalan dari bus ke maktab, jalan ke jamarat dan balik lagi ke maktab. Tapi Alhamdulillah semua berjalan lancar dan tidak terasa capek.



Kelar lempar jumrah jam 5.30 itu, kita istirahat ke tenda. Suasana tenda penuh sesak oleh barang-barang dan kasur busa. Kita harus menyelesaikan urusan toilet juga yang kotor dan antrinya banget2. Dalam 1 maktab yang terdiri dari 2500 jemaah hanya tersedia sekitar 20 toilet wanita dan 20 toilet pria. Tapi semua harus diterima dengan lapang dada dan bersabar. Dan semua itu harus dijalani selama 4 hari 3 malam.

Aku menyiasati urusan toilet itu dengan cara setelah subuhan begitu salam selesai langsung lari ke toilet, karena biasanya belum terlalu rame secara orang2 masih lanjut berdoa. Aku cuma mandi sekali di waktu abis subuh itu, lalu malam hari sepulang jumroh langsung buru-buru ke toilet untuk membersihkan diri pakai washlap disposable dan mengganti dalaman gamis, di saat orang-orang masih kecapekan begitu sampai ke tenda. Gamisku hanya ganti sehari sekali di pagi hari setelah mandi, sedangkan malam hanya ganti dalaman. Untuk celana dalam aku pakai yang disposable panties sekali pakai. Disposable panties ini berguna bangetttt, cari yang ukurannya benar2 nyaman dan belinya di apotik ternama misal guardian, century, Watson jadi kualitasnya bagus. pastikan sebelum beli 2-3 lusin, coba beli dulu sedikit trus dicobain untuk memastikan benar2 enak dipake.

Selama 4 hari 3 malam itu kita lempar jumroh sesuai jadwal yang diberikan oleh pemerintah arab melalui travel. Jangan coba2 berinisiatif jalan sendiri karena risikonya gede. Pernah kita pagi2 berdua coba jalan ke depan maktab liat2 siapa tau bisa jalan sendiri, ehh ternyata ruamenya luar biasa rombongan dari berbagai negara yang bodinya gede-gede banget, yang berkulit hitam dll dan semuanya sangat serba terburu2 dan gerudukan jalannya. Kita langsung mlipir balik masuk ke maktab. Ngeri banget kalo nanti terjadi apa2. Jadwal dari travel sih selalu malam hari sesudah maghrib atau isya.

Selama di mina memang banyak sekali keluhan dari para jamaah mengingat semuanya serba terbatas. Satu tenda travel yang perempuan diisi oleh 400an jamaah, jadi tiap orang cuma dapat jatah sekitar 1m x 1,8m untuk diri sendiri duduk sekaligus sholat sekaligus tidur, itupun masih diisi travel bag di kaki. trus makan harus antri. Tapi urusan makan buatku bukan masalah karena aku memang nggak selera makan, jadi cuma nowel2 dikit di piring temen ditambahin abon yang kubawa, atau makan pir 1 biji itupun biasanya nggak abis. Urusan toilet yang PR banget karena jumlahnya sangat terbatas untuk 1 maktab yang berisi ribuan jemaah, di samping kotornya minta ampun. Oya air yang keluar juga puanas banget karena suhu di mina mencapai 45 derajat. Jadinya aku mengakali urusan air ini dengan menampung 2-3 botol air keran yang panas itu di tempat wudhu ke dalam botol aqua bekas, nanti dipake untuk cuci muka atau basuh pipis atau wudhu di waktu berikutnya, dimana air panasnya udah rada ademan karena udah beberapa jam yang lalu disimpen. Aku juga nggak memaksakan diri untuk wudhu antri di tempat wudhu karena antri banget dan airnya panas banget, tapi melipir wudhu di ujung tempat wudhu yang sepi dengan menggunakan air di botol bekas aqua yang udah ademan airnya, begitu pula buat cuci muka.

Tapi so far untuk di Mina Alhamdulillah aku masih enjoy2 aja di saat teman2 berkeluh kesah, apalagi membanding2kan dengan travel2 lain yang plus plus banget, sedangkan travel kita plus yang standar banget. Travel lain mengambil nafar awal dimana dalam 2-3 hari udah selesai lempar jumrohnya, sedangkan kita diputuskan nafar tsani jadinya diperpanjang waktunya hingga 4 hari dimana waktu berpanas2an di tenda bertambah lagi. salah satu pertimbangannya karena jumlah peserta dari travel kita mencapai 700 orang, jadi diminta untuk keluar terakhir di saat yang lainnya udah bubaran. Belum lagi travel yang plus plus banget itu bahkan tidak sampai menginap di tenda, melainkan menunggu di tenda sampai lewat jam 12 malam trus balik ke hotel atau apartemen, lalu besoknya datang lagi dan seterusnya. Jadi mereka nggak mengalami stay di tenda yang super panas, makanan yang antri panas2an dan toilet yang minim, super antri dan kotor.

Tapi lagi2 aku juga berpikir bahwa aku bisa sampai di sini aja udah Alhamdulillah banget. Selain itu  juga aku udah biasa bergembel-ria traveling kesana kemari dengan biaya yang super irit dan akomodasi transportasi yang pas2an, juga jalan kaki jauh kesana kemari selama traveling demi menghemat.  Jadi buatku selama haji ini menurutku semuanya baik2 aja, enjoy aja, yang penting khusyuk, sehat dan lancar sesuai jadwal.

Dan berakhirlah puncak ibadah haji itu dengan selesainya lempar jumroh terakhir kita di nafar tsani.

Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Di jumroh terakhir itu kita berdua dititipin badal jumroh oleh bu tiwi dan suaminya yang berhalangan karena sakit, sekaligus mereka trauma karena ramenya jumroh kemarin mereka hampir terpental. Oya aku melempar jumroh juga dengan sekuat tenaga sebagai representasi rasa kesel terhadap para setan yang telah mengganggu manusia, khususnya aku.

Malam terakhir itu kita keluar dari area maktab di mina dan kembali ke apartemen. Alhamdulillah kita semua diberikan kekuatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan puncah ibadah haji. Lega banget rasanya. kita bersiap untuk ibadah-ibadah selanjutnya...