Wednesday, 22 December 2021

Goodbye 2021

Tahun 2021 yang melelahkan. Masih lanjut pandemi, pekerjaan yang semakin berat, ibuku yang sakit covid lanjut stroke dan urusan kuliah anak. Aku akhirnya melewatkan tawaran di tempat lain karena pandemi di tengah tahun 2021 kemarin sedang parah2nya. Andaikan tawaran itu datang di saat covid sudah agar mereda pasti akan aku ambil. Tapi bulan Juli kemarin betul2 sedang puncak2nya dan kita nggak tau akan sampai dimana. Aku inget waktu itu sehari sampai 60ribu kasus saking banyaknya, lalu keluarga besarku kena, oom ada yang meninggal, ibuku kena juga lanjut stroke, sirine ambulans nggak henti2 di seputaran jalan besar dekat rumah.. ya Allah kondisinya mencekam banget.

Covid19 yang menyisakan banyak kenangan dan pelajaran. Bagaimana harus menghandle bos2 dan keluarganya yang sangat demanding di saat mereka terkena. Mencarikan donor plasma konvalesen yang membuatku jadi tau prosedur dan gimana susahnya mendapatkannya. Ternyata untuk dapat donor plasma itu harus cari pengganti stok yang ada, perlu waktu untuk mengolah juga. Dan untuk mendapatkan kesediaan itu juga pe-er banget karena penyintas covid juga dihantui trauma sakit covid dan keluarganya belum tentu support untuk kasih penyintas ini memberikan donor. Padahal boss perlu 5 kantong plasma dan istrinya perlu 4 kantong dengan golongan darah yang gak biasa juga. Ngurusin keluarga bos2 yang pada kena, trus support para pegawai yang pada kena covid juga. Beberapa bulan pas tinggi2nya pandemi itu betul2 stresful, malam2 harus nungguin laporan hasil pcr orang-orang kantor, bos2 di kantor dll.

Mencari rumah sakit juga effort banget, mencarikan kamar dan tempat karantina buat para pegawai biarpun sudah dibantu pihak ketiga juga tetap sulit. Ya karena lagi tinggi2nya kasus. Tiap hari stress nungguin berapa puluh ribu lagi kasus harian, orang-orang terdekat mulai kena. Kakak laki2ku kena sekeluarga dan aku kuatir banget karena dia komorbid berat. Lalu ibuku kena dan dirawat di RS. Belum jelas sembuhnya udah disuruh pulang dengan alasan nanti malah terinfeksi penyakit lain, padahal aslinya adalah antrian super panjang jadi disuruh pulang ganti dengan yang baru masuk sakit.

Setelah balik ke rumah, semuanya juga stress karena belum dipastikan sembuh. Aku beli tabung2 oksigen untuk berjaga2 jika ada apa2. Aku juga belikan sejumlah baju hazmat untuk pembantu yang menjaga ibuku, tapi trus ibuku jatuh dan kena stroke. Pada saat stroke itu akhirnya aku dan mr.hubby jalan ke jogja untuk menengok walopun masih kondisi larangan bepergian luar kota karena covid masih tinggi2nya. Tapi aku betul2 kuatir terlewatkan aku bisa menjaga ibuku. Ibuku nggak sadar berhari-hari, dirawat di ICU. Kita semua udah berkumpul untuk berembuk dan berdoa. Kita juga carikan pramurukti senior karena kondisi stroke pasca covid sangat perlu bantu pramurukti.

Saat itu juga pekerjaanku lagi padat2nya, rapat vicon marathon nggak selesai2 sembari aku mondar mandir ke RS ke ruang perawatan dan ICU. Cuma bisa menangis dan menangis melihat kondisi ibu berhari-hari nggak sadar di ICU dengan aneka selang menempel. Aku membisikkan kata2 semangat di telinganya sembari airmataku terus mengalir. Bolak balik ganti masker yang basah karena menangis sembari pasrah karena kondisi RS juga riskan akibat tingginya kasus covid. Aku udah pasrah aja kalau akhirnya harus tertular Covid tapi Alhamdulillah masih terlindungi.

Sampai akhirnya kondisi ibuku membaik, sadar dan mulai bisa keluar suara tapi tidak jelas.  Ibuku sudah berusia 81 tahun dan beberapa kali jatuh karena keseimbangan terganggu. Sampai akhirnya ibuku bisa dibawa pulang dan lanjut terapi di rumah. Sampai sekarang ibuku masih belum bisa duduk dan bicara yang jelas, masih terus terapi.

Karena kondisi itulah aku gak lanjut ambil offering karena tidak memungkinkan, aku mesti banyak ijin ke jogja untuk menengok ibuku walaupun sambil tetap bekerja. Sepanjang di jogjapun nggak berhenti2 vicon dan aneka pekerjaan kantor.

Lalu urusan kuliah anakku fikri yang alhamdulillah di akhir tahun ini bisa kelar dan lulus ujian skripsinya di kedokteran di tanggal 21 Desember 2021. Lanjut osce dan osca di januari 2022 trus koas, mudah2an bisa koas di angkatan pertama 2022. Satu langkah selesai, mudah2an dilancarkan langkah berikutnya sampai menjadi dokter, aamiin..

Tahun 2021 adalah tahun yang berat buat semua orang rasanya. Di sisi pekerjaan aku juga makin hopeless dengan kondisi ketidakakuran pimpinan yang berimbas ke suasana kerja. Aku sebetulnya udah betul2 lelah pengen cabut tapi kondisi belum memungkinkan. Setelah melewatkan offering kemarin, ternyata pandemi mulai menurun dan makin turun lagi. Aku nggak tau keputusanku betul apa tidak, tapi keputusan sudah diambil. Mudah2an tahun depan masih ada kesempatan buatku untuk berpindah ke tempat lain. Rasanya 3 tahun menghandle posisi ini sudah cukup, aku ingin mengakhiri tempat ini dengan kondisi baik2 lalu lanjut exposure baru di tempat lain.

Semoga pandemi segera berlalu untuk kehidupan baru yang lebih baik di 2022.. aamiin YRA..